sumedangekspres – Menjelang pemilu 2024, masyarakat mulai memilih dan menyatakan dukungannya terhadap calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pilihannya.
Perbedaan dalam keputusan dan pendapat politik adalah hal biasa di negara demokrasi.
Namun perbedaan tersebut seringkali menimbulkan konflik dan dapat merusak hubungan sosial.
Baca Juga:Pengamanan Arus Mudik dan Balik Nataru 2024: Kebijakan Pembatasan Operasional Angkutan Barang oleh Polri dan KemenhubMeningkatkan Peran Saksi Parpol dalam Pemilu 2024 di Sumedang: Antisipasi Kesalahan Human Error
Penting bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan mental meskipun ada perbedaan politik.
Dokter spesialis kedokteran jiwa, dr. Lahargo Kembaren, SpKJ, memberikan saran agar masyarakat dapat mengelola perbedaan pandangan politik dengan bijak.
Salah satu saran utamanya adalah untuk tidak terlalu melibatkan unsur emosi saat menyuarakan pandangan politik atau menghadapi opini politik orang lain.
Menurutnya, berbicara dengan emosi dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan bahkan memicu konflik yang tidak perlu.
Untuk mengurangi risiko pertengkaran dan stres akibat perbedaan pandangan politik, Dr. Lahargo menyarankan agar masyarakat membatasi akses mereka terhadap media sosial dan berita politik jika mereka merasa kesehatan fisik dan mental mereka terganggu.
Paparan informasi politik yang berlebihan dapat meningkatkan stres dan ketegangan.
Selain itu, Dr. Lahargo juga mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu terpaku pada satu topik, seperti isu politik, debat, dan pemilu.
Ia menyarankan untuk mencari topik lain yang bisa mengalihkan perhatian Anda, seperti olahraga, hobi, atau aktivitas positif lainnya.
Baca Juga:Filosofi Pakaian Adat Rote yang Dipakai oleh Capres Ganjar Pranowo yang Hadir dalam Debat Cawapres Pilpres 2024Ketiga Capres-Cawapres Hadir dengan Kostum Khas dalam Debat Cawapres Pilpres 2024
Jika seseorang merasa terganggu secara mental, dr. Lahargo menyarankan untuk melakukan “diet” detoks media sosial selama 1-2 hari.
Ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi pikiran untuk bersantai dan pulih dari paparan informasi yang mungkin menimbulkan ketegangan.
Selain itu, dr. Lahargo menekankan pentingnya mengalihkan konsentrasi ke kegiatan offline yang tidak melibatkan dunia digital. Misalnya, olahraga, mendengarkan musik, atau mengejar hobi yang disukai.
Dengan demikian, individu dapat menciptakan keseimbangan dalam kehidupan mereka dan mengurangi tekanan akibat perbedaan pandangan politik.
Dalam situasi menjelang Pemilu, menjaga kesehatan mental menjadi kunci penting agar masyarakat tetap produktif dan harmonis, tanpa harus mengorbankan hubungan sosial dan kesejahteraan pribadi.***
Demikian merupakan artikel mengenai Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Perbedaan Politik: Saran dari Ahli Kedokteran Jiwa.