sumedangekspres – Brasil telah menegaskan dominasinya sebagai pemimpin dalam produksi bioetanol global dengan mencampurkan hingga 48% bioetanol dalam Bahan Bakar Minyak (BBM).
Flavio Castellari, Executive Director Brazillian Ethanol Cluster (APLA), menyatakan, “Saat ini di Brasil, kurang lebih antara 50% bensin dan 50% etanol.”
Salah satu kunci sukses Brasil adalah pemanfaatan tebu dan jagung sebagai bahan dasar bioetanol.
Baca Juga:Bentar Lagi Lengser, Segini Uang Pensiun Jokowi dan Ma’ruf AminDicap Proyek Gagal, Ini 12 Lokasi Food Estate
Pada tahun 2023, Brasil memproduksi 32 miliar liter bioetanol dari tebu dan 6 miliar liter dari jagung.
Castellari menyebutkan, “Saat ini, kita memiliki sekitar 80% etanol dari tebu dan 20% dari jagung.”
Tidak hanya Brasil, Indonesia juga terus mengejar ketertinggalan dalam pemanfaatan bioetanol.
Langkah ini terlihat dalam upaya memanfaatkan tebu sebagai sumber bahan bakar kendaraan.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, mengungkapkan bahwa produksi bioetanol berbasis tetes tebu (molase) sudah mencapai 30 ribu kilo liter per tahun.
Riva menjelaskan, “Sebagian dari produksi bioetanol tersebut dialokasikan untuk memproduksi BBM Pertamax Green 95 yang merupakan campuran antara BBM fosil dan bioetanol sebesar 5% (E5).”
Meskipun Pertamax Green 95 baru berusia 5 bulan dalam komersialisasi, animo masyarakat terhadap produk ini cukup baik.
Baca Juga:Inilah 5 Tokoh yang Dikenal di Dunia yang Gak Pernah KuliahRamai di Twitter, Netizen Bahas Riwayat Pendidikan Gibran Ada yang Aneh
Peningkatan adopsi terlihat dalam penggunaan produk BBM yang bercampur dengan bioetanol, mencapai 5 ribu kilo liter per hari.
Riva optimistis, “Ke depannya, harapannya ini akan meningkat 2-3 kali lipatnya di tahun 2024.”
Dengan Brasil memimpin dalam produksi bioetanol dan Indonesia mengejar ketertinggalan, kedua negara ini menunjukkan peran penting dalam pemanfaatan sumber energi ramah lingkungan untuk mengurangi ketergantungan pada BBM fosil.