sumedangekspres – Sejarah Cut Meutia, Pahlawan Perempuan Ahli Strategi Perang, Cut Meutia ini sering disebut Cut Nyak Meutia merupakan seorang puteri dari Teuku Ben Wawud, ulebalang Perak, Aceh.
Ia lahir pada tahun 1870 yaitu 3 tahun sebelum terjadinya perang Aceh Meletus.
Ia dikenal sebagai anak yang cantik, dengan kulitnya yang putih bersih serta tinggi tubuhnya yang semampai.
Baca Juga:Sejarah Asal Usul Instagram, Ternyata Instagram Ini Aplikasi GabunganKisah Sejarah Asal Usul Kota Surabaya, Kota Beribu Pahlawan
Pada waktu pertumbuhan dewasa ia ini dipertunangkan dengan Teuku Syam Sareh seorang dari 3 anak angkat Cut Nyak Aisah.
Pertunangan ini telah ditetapkan oleh orang tua dari kedua belah pihak tanpa sepengetahuan dari yang bersangkuta.
Walaupun begitu kemudian mereka ini dikawinkan namun Cut Meutia ini tidak mau menjalankan suatu kewajibanya layaknya seorang istri.
Maka dari itu kedua orang ini bercerai. Kemudian Cut Meutia ini menikah dengan seorang adik Syam Sareh yaitu Teuku Cut Muhammad yang kemudian memiliki gelar Teuku Cik Tunong.
Sejarah Cut Meutia
Kedua pasangan suami istri ini dalam kehidupanya Bersatu dengan perjuangan rakyat Aceh yang disebut sebagai rakyat muslimin untuk menentang para penjajah Belanda.
Teuku Cut Muhammad suami dari Cut Meutia ini kecuali tidak terikat dengan perjanjian pendek denga Belanda yang telah ditandatangani oleh sang kakak.
Ia merasa lebih tertarik untuk berjuang bersama rakyat muslimin yang menentang penjajahan Belanda ini.
Baca Juga:Mengungkap Pesona Sejarah Kerajaan KutaiMemahami Kekuasaan dan Sejarah Kerajaan Sumedang Larang, Titik Balik Perjalanan Panjang
Ia mengumpulkan sebayak 12 orang temanya yang memiliki fostur tubuh yang gagah berani, tampan dan memiliki kemampuan ketangkasan dibawanya menghadap ke sultan Aceh.
Pada akhir tahun 1901 Cut Muhammad dan ke 12 temanya ini Kembali turun untuk berjuang dengan kegigihan.
Mereka ini melakukan kegiatan sabotasi di berbagai tempat pada malam hari seperti membongkar rel kereta api yang dibuat oleh Belanda untuk mengangkut pasukanya itu.
Sultan mengangkat Cut Muhammad ini menjadi seorang Ulebalang Keureutoe. Maksunya untuk Keureutoe ini seluruhnya meskipun bagian utara dengan ulebalangnya Cik Bintara telah tunduh kepada penjajah Belanda.
Kalangan rakyat Cut Muhammad ini dikenal dengan sebagai Cik Tunong yang memiliki arti Cik(ulebalang) bagian selatan.