Lakukan diskusi dengan pikiran yang dingin, terbuka dan juga bijak.
3. Memahami Setiap Dasar Argumentasi
Kita juga perlu memahami dasar argumentasi dari setiap keputusan yang dibuat oleh semua pihak yang berbeda pendapat untuk menciptakan sebuah pandangan yang utuh.
Misalkan kita memahami proses penentuan awal Ramadhan yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah dengan metode hisab (perhitungan matematis), sedangkan Pemerintah menentukan awal Ramadhan dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung lewat rukyah (pemantauan hilal).
Dengan saling memahami argumentasi tersebut kita bisa mentoleransi apapun keputusan atau perbedaan pendapat tersebut karena keduanya menggunakan metode yang sah dan diajarkan dalam agama Islam.
4. Fokus pada Makna Puasa
Baca Juga:Moderasi Beragama "Penguatan Moderasi Beragama Menciptakan Beragama yang Damai dan Toleran"Kolaborasi Kementerian ESDM dan Pemerintah Kabupaten Sumedang Menuju Sumber Daya Terbarukan
Bulan suci Ramadhan yang penuh ampunan dan berkah ini hanya akan terjadi 1 kali dalam 1 tahun.
Rasanya sangat disayangkan jika kemudian kita terlalu berfokus kepada konflik yang terjadi atau perbedaan pendapatnya.
Alangkah lebih bijak jika kemudian kita menghargai setiap perbedaan pendapat tersebut dan fokus kepada bagaimana cara kita memaknai ibadah puasa Ramadhan kali ini.
Puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, meningkatkan kesadaran spiritual, dan meningkatkan empati terhadap sesama.
Sikap yang harus diutamakan adalah bagaimana kita menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, tanpa terpengaruh oleh perbedaan tanggal awal puasa.
Demikian pembahasan mengenai Ada Salah Satu Umat Islam yang Puasa Tanggal 10 Maret? Ini Dia Alasannya.***