sumedangekspres – Asal-Usul Persatuan Islam Atau Persis, Jamiyyah Persatuan Islam atau dikenal dengan akronim Persis merupakan gerakan keagamaan di Indonesia. Persis berdiri 12 September 1923 di Bandung Jawa Barat. Lembaga ini didirikan oleh alumni sekolah Darul Ulum Makkah, Mohamad Zamzam dan Muhammad Yunus, seorang pedagang asal Palembang.
Zamzam dan Yunus membangun gerakan ini terinspirasi ketika mengkaji pemikiran Muhammad Abduh, pembaharu pemikiran Islam dari Mesir. Mereka kerap mengkaji tulisan pemikiran Abduh dalam majalah Al-Manar.
Mantan Ketua Umum Persis Aceng Zakaria dalam buku biografinya “Ulama Persatuan Islam” (2021) mengatakan latar belakang utama Persis didirikan untuk menjawab persoalan masyarakat Islam kala itu yang dianggap mengalami kemunduran.
Baca Juga:Alasan David da Silva Mogok Latihan di Persib TerungkapHarvey Moeis Ditahan karena Korupsi Rp270 T, Pesan Bijak dari Ahok untuk Sandra Dewi
Kala itu, umat Islam dianggap tenggelam dalam sikap taqlid atau menerima segala sesuatu secara taken for granted, terjebak perbuatan bidah (sinkretis), dan khurafat hingga takhayul (mistis). Atau yang biasa disebut sebagai “penyakit TBC”.
Karena itu, ulama Persis berusaha melakukan pembaharuan sekaligus pemurnian (purifikasi) ajaran Islam pada masyarakat Islam.
Slogan mereka yang terkenal: “Kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan membersihkan Islam dari takhayul, khurafat dan bidah yang mengotorinya”.
Karenanya, Aceng Zakaria berpendapat Persis bisa dikatakan sebagai salah satu organisasi lokomotif pembaharuan Islam di Indonesia.
Mainstream gerakan Persis fokus pada masalah pemikiran Keislaman Reformistik.
Peran Persis sebagai pembaharu Islam bisa dilihat dari sudut pertarungan pemikiran keagamaan.
Di titik ini ditemukan arti penting Persis dalam perjalanan sejarah bangsa, khususnya umat Islam Indonesia. Sisi lain juga membuat Persis dikenal sekaligus kontroversial.
Setahun setelah berdiri, Persis mengalami puncak dakwahnya setelah Ahmad Hasan bergabung.
Baca Juga:Pesona Wisata Kampoeng Ciherang, Tempat Wisata yang MenyegarkanSpot Foto Menarik di Sumedang Jembatan Gantung Panyindangan
Ia adalah pemuda kelahiran Singapura keturunan Tamil-Jawa yang bersemangat dalam berdakwah dan memiliki pengetahuan agama yang luas.
Lewat Persis, Hasan tampil sebagai tokoh kritis dan menjadi lokomotif gerakan pemikiran Persis.
Ia dikenal oleh banyak orang sebagai sarjana besar dan ahli hukum yang tak kenal lelah tentang perlunya pembaharuan (tajdid) dan reformasi (islah).
Melalui karya monumentalnya, ‘Soal-Jawab Masalah Agama’, Ahmad Hasan menghadirkan sejumlah kritik keras terhadap pemahaman dan praktek keagamaan kaum tradisionalis Islam. Praktek keagamaan seperti kunut, melafalkan niat salat (usalli), dan talkin yang dipandangnya tidak berdasar pada ajaran asli Islam (bid’ah) dan sumber ajaran yang menjadi basis legitimasi praktek-praktek keagamaan demikian dianggap tidak otoritatif.