sumedangekspres – Kondisi Terakhir Joko Pinurbo Sebelum Meninggal Dunia.
Indonesia kembali berduka atas kepergian salah satu penyair terkemuka, Joko Pinurbo, yang menghembuskan napas terakhir pada Sabtu (27/4) pukul 04.30 WIB di Yogyakarta. Sebelum wafat, Joko Pinurbo, yang akrab disapa Jokpin, telah lama menderita sakit yang membuatnya menjalani perawatan intensif.
Dari pesan WhatsApp yang diterima InsertLive, terungkap bahwa Jokpin sudah lama menderita dan bahkan sempat menerima sakramen minyak suci dari seorang romo beberapa hari sebelum kematiannya. Pesan tersebut menyampaikan permohonan doa untuk kedamaian dan kebahagiaan abadi bagi Joko Pinurbo di sisi Tuhan, serta kekuatan dan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkannya.
Sebelum meninggal, Jokpin mengalami sesak napas, demikian yang diungkapkan oleh rekan seniman sekaligus sahabatnya, Butet Kartaredjasa. Meskipun detail mengenai penyakit yang dideritanya tidak dijelaskan secara terperinci, Butet hanya mengetahui bahwa Jokpin mengalami sesak napas sebelum meninggal dunia.
Baca Juga:Profil dan Biodata Joko Pinurbo: Mengenang Sang Penyair dari JogjaJoko Pinurbo Meninggal Dunia: Perpisahan dengan Penyair Legendaris
Joko Pinurbo lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 11 Mei 1962, dan menjadi salah satu sastrawan terkemuka di Indonesia. Karya-karyanya telah mengukir sejarah dalam dunia sastra Indonesia, dengan judul-judul seperti “Celana” (1999), “Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung” (2007), “Di Bawah Kibaran Sarung” (2001), “Pacarkecilku” (2002), dan “Telepon Genggam” (2003).
Selain itu, beberapa karyanya yang tidak kalah terkenal antara lain “Haduh, aku di-follow” (2013), “Surat dari Yogya: Sepilihan Puisi” (2015), dan “Srimenanti” (2019). Joko Pinurbo juga merilis sejumlah antologi yang memperkaya dunia sastra Indonesia, seperti “Tugu” (1986), “Tonggak” (1987), dan “Sembilu” (1991).
Berkat dedikasinya dalam dunia sastra, Joko Pinurbo mendapatkan penghargaan-penghargaan bergengsi, termasuk Puisi Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta, Hadiah Sastra Lontar, dan pengakuan sebagai tokoh sastra versi majalah Tempo.
Kepergian Joko Pinurbo meninggalkan kesan mendalam bagi dunia sastra Indonesia. Karya-karyanya akan terus dikenang dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang. Semoga beliau beristirahat dengan tenang di sisi Tuhan, dan semoga keluarga yang ditinggalkannya diberikan ketabahan dalam menghadapi kehilangan ini.
Demikian pembahasan mengenai Kondisi Terakhir Joko Pinurbo Sebelum Meninggal Dunia.***