sumedangekspres – Sejarah pembuatan Gamelan Sari Oneng Parakan Salak yang Kini Sudah Tidak Disimpan Dimuseum Prabu Geusan Ulun
Gamelan Sari Oneng Parakan Salak, dibuat pada tahun 1825 di Sumedang, yang pada masa itu merupakan pusat budaya di Jawa Barat, terbuat dari kayu besi Muangthai/Thailand.
Gamelan ini menjadi yang paling istimewa dan terkenal di Museum Prabu Geusan Ulun. Selain bahan pembuatannya yang unik, keistimewaan lainnya adalah partisipasinya dalam pameran internasional di Amsterdam tahun 1883, Paris tahun 1889, dan Chicago Amerika tahun 1893 sebagai bagian dari promosi teh.
Baca Juga:Sekilas sosok Rangga Gempol I Anak dari Prabu Geusan UlunSejarah Mahkota Binokasih, Diserahkan Oleh Keempat Prajurit Padjajaran Kepada Kerajaan Sumedang Larang
Setelah berkeliling ke berbagai negara, gamelan ini kembali ke Hindia Belanda pada awal abad ke-20 dan tetap digunakan dalam acara seremonial oleh priayi dan pembesar Belanda.
Pada tahun 1942, gamelan ini diserahkan kepada Bupati Sukabumi, R. A. A Soeria Danoeningrat, dan kemudian pada tahun 1975, ditempatkan di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang oleh para ahli warisnya setelah kematian Soeria Danoeningrat.
Pada tahun 1942, kedatangan Jepang menjadi ancaman, dan sebagai langkah pencegahan, gamelan tersebut dititipkan oleh orang Belanda kepada Bupati Sukabumi yang kedua, yaitu Soeria Danoeningrat, dan disimpan di pendopo kabupaten. Setelah Jepang pergi, gamelan kembali ke Parakan Salak.
Setelah Indonesia merdeka dan Belanda tidak lagi berkuasa, gamelan itu kembali diberikan kepada Soeria Danoeningrat, meskipun pada saat itu beliau sudah tidak menjabat sebagai bupati. Hal ini terjadi karena hubungan dekat antara Soeria dengan orang-orang Belanda.
Setelah wafatnya Bupati Soeria Danoeningrat pada tahun 1975, gamelan tersebut dititipkan di Museum Geusan Ulun, Sumedang. Namun, pada tahun 2022, dugaan mengatakan bahwa gamelan Sari Oneng sudah tidak lagi berada di museum tersebut dan kemungkinan telah diambil kembali oleh ahli waris.