sumedangekspres – Motif Batik Mahkota Binokasih Ciri Khas Sumedang yang Terinspirasi Dari Kerajaan Sumedang Larang
Munculnya kreasi batik Khas Kota Sumedang dimulai dari tahun 90-an, dan popularitasnya meroket pada pertengahan dekade tersebut. Tidak hanya sekadar tren, batik Sumedang menjadi semakin populer hingga mencapai puncaknya pada tahun 2002. Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada masa itu, yang memberikan dorongan besar bagi perkembangan industri batik di Sumedang.
Akibatnya, sebanyak 20 pengerajin batik mampu memproduksi dan menjual sekitar 600 kain batik cap serta satu hingga dua kain batik tulis.
Baca Juga:Apakah Hewan Lumba-lumba Termasuk Hewan Mamalia?, Cara Berkembang biak Hewan Lumba-lumbaFakta Unik Hewan Lumba-lumba yang Pintar dan Lucu
Batik khas Sumedang, yang juga dikenal dengan sebutan Kasumedangan, menandakan kekayaan budaya dan nilai-nilai tradisional Sunda. Dengan menggabungkan keunikan motif dan teknik khas, batik Kasumedangan tidak hanya menjadi simbol identitas lokal, tetapi juga menarik minat para kolektor dan pecinta batik dari berbagai belahan dunia.
Keberadaannya menjadi warisan budaya yang berharga, mencerminkan keindahan dan kearifan lokal yang patut dilestarikan dan dihargai.
Motif batik yang dimiliki oleh Kota Sumedang menampilkan keberagaman dan kekayaan budaya yang unik. Di antara motif-motif tersebut adalah motif Mahkota Binokasih, motif Lingga, Kembang Boled, Klowongan Tahu, dan Pintu Srimangganti.
Setiap motif ini tidak hanya sekadar gambaran visual, tetapi juga menyimpan makna simbolis yang dalam, merefleksikan warisan kerajaan Sumedang Larang yang dipengaruhi oleh berbagai budaya daerah seperti Cirebon, Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan.
Salah satu motif yang menonjol adalah motif Mahkota Binokasih. Motif ini merupakan simbol peninggalan kerajaan Sumedang Larang yang menampilkan gambaran mahkota yang digunakan oleh para raja Sunda dalam upacara pelantikan raja baru. Mahkota ini memiliki sejarah yang kaya, berasal dari Kerajaan Pajajaran Binokasih Sanghyang Pake yang dibuat pada masa pemerintahan Sanghyang Bunisora Suradipati, raja Galuh, sekitar tahun 1357-1371.
Meskipun kerajaan Sunda telah runtuh, mahkota ini tetap dijaga dan digunakan dalam upacara pernikahan dalam keluarga Bupati Sumedang saat ini.
Keberadaan motif Mahkota Binokasih tidak hanya sebagai bagian dari seni dan budaya, tetapi juga sebagai pengingat akan sejarah dan kejayaan kerajaan Sumedang Larang. Ini menunjukkan betapa pentingnya pelestarian dan penghargaan terhadap warisan budaya lokal, yang merupakan bagian integral dari identitas dan kebanggaan masyarakat Sumedang.(*)