sumedangekspres – Gelombang PHK Massal di Pabrik Tekstil Indonesia Akan Terus Terjadi, Kenapa?
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal saat ini sedang melanda industri tekstil di Indonesia. Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, mengungkapkan bahwa fenomena ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2024.
Meskipun ada pertumbuhan dalam investasi baru, hal ini tidak mampu mengimbangi jumlah pabrik yang gulung tikar. Ristadi menyatakan bahwa banjirnya barang impor tekstil di pasar Indonesia, termasuk barang ilegal, merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan banyak pabrik harus menghentikan operasinya.
Baca Juga:Kontroversi Putusan Bebas Ronald Tannur: Keluarga Korban Laporkan Hakim PN Surabaya ke Komisi YudisialSekretaris KPU Sorong Selatan Terjerat Kasus Narkoba: Detil dan Penanganan Terbaru
Pemerintah telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk mengawasi impor ilegal, namun Ristadi merasa pesimis bahwa Satgas ini bisa memberikan solusi yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Ia memprediksi bahwa gelombang PHK di pabrik tekstil Indonesia akan terus berlanjut karena produksi dalam negeri harus bersaing dengan importir besar yang diduga mendapat perlindungan dari oknum pejabat.
Selain itu, karakteristik konsumen Indonesia yang lebih menyukai produk impor karena harganya lebih murah juga turut menjadi penyebab turunnya permintaan terhadap produk tekstil lokal. Banyak pabrik tekstil akhirnya memilih untuk menjadi importir atau distributor barang impor karena dianggap lebih menguntungkan daripada tetap menjadi produsen.
Ristadi juga menyoroti maraknya barang impor yang masuk ke Indonesia sebagai akibat dari berbagai perjanjian perdagangan yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya dengan China. Dampak dari perjanjian perdagangan global ini tidak dapat dihindari. Jika Indonesia mencoba membatasi impor, maka negara-negara yang impornya dibatasi kemungkinan akan melakukan tindakan balasan.
Meskipun demikian, Ristadi berharap pemerintah tetap berani untuk memberantas serbuan barang impor ilegal yang semakin marak masuk ke Indonesia. Ia meyakini bahwa sekitar 90 persen barang yang dijual di marketplace adalah barang impor. Oleh karena itu, petugas berwenang seharusnya mampu menelusuri apakah barang impor tersebut legal atau ilegal.
Di sisi lain, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) juga memberikan komentar terkait maraknya barang impor yang masuk ke Indonesia. Zulhas menyatakan bahwa fenomena ini terjadi karena adanya hambatan perdagangan antar negara di dunia, yang berdampak pada serbuan barang impor ke pasar Indonesia.