sumedangekspres – Penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan resep dokter, karena pemakaian yang tidak tepat dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, sebanyak 22,1% masyarakat Indonesia telah mengonsumsi antibiotik oral dalam setahun terakhir. Dari jumlah tersebut, 41% di antaranya mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pemberian antibiotik tanpa resep dokter masih cukup umum di Indonesia. Lebih dari 60 persen masyarakat memperoleh antibiotik tanpa resep dari apotek atau toko obat berizin, sementara sisanya didapatkan melalui berbagai sumber, termasuk platform online.
Baca Juga:Menghormati 17 Tahun Chrisye: Konser Lifetime Tribute To ChrisyeSpesifikasi dan Harga Smartphone Terbaru dari Oppo Reno 12 Series 5G
Dr. apt. Lusy Noviani, MM, praktisi dan dosen di FKIK Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, memperingatkan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, salah satunya adalah resistensi antibiotik. ‘Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai, seperti tidak menyelesaikan dosis yang dianjurkan atau menggunakan antibiotik tanpa resep dokter, dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten,’ jelas Lusy kepada Disway pada 29 Juli 2024.
Akibatnya, bakteri menjadi sulit diobati dan memerlukan antibiotik yang lebih kuat, yang berpotensi menimbulkan efek samping yang lebih serius. ‘Resistensi antibiotik merupakan ancaman besar bagi kesehatan global karena dapat mengubah infeksi yang sebelumnya mudah diobati menjadi sangat berbahaya,’ tegasnya.
Menurut analisis SKI 2023 dari Kementerian Kesehatan, resistensi antibiotik diperkirakan menyebabkan 1,27 juta kematian global pada tahun 2019 dan berkontribusi terhadap 4,95 juta kematian. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa sekitar 133.800 kematian pada tahun 2019 terkait dengan resistensi antimikroba (AMR). Dengan angka kematian yang tinggi terkait AMR, Indonesia menempati urutan ke-79 dari 204 negara dalam hal angka kematian terstandar usia yang terkait dengan AMR.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai efek samping, termasuk reaksi alergi, gangguan pencernaan, dan infeksi jamur. ‘Penggunaan yang tidak tepat meningkatkan risiko efek samping ini tanpa memberikan manfaat kesehatan yang diharapkan,’ jelasnya. Selain itu, risiko lain yang dapat muncul adalah superinfeksi, yaitu infeksi sekunder yang lebih parah daripada infeksi awal.
Padahal, antibiotik seharusnya digunakan untuk melawan patogen berbahaya. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu mengikuti resep dokter saat mengonsumsi antibiotik.(*)