sumedangekspres – Penerapan Kurikulum Merdeka di SMK YPPS Sumedang telah berjalan selama dua tahun, telah diterapkan di kelas X dan XI. Hal tersebut disampaikan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK YPPS Sumedang, Annisa Annur S Pd kepada Sumeks, Kamis (26/9).
Ia mengungkapkan, penerapan Kurikulum Merdeka di sekolahnya membawa sejumlah perubahan signifikan yang dirasakan oleh siswa dan guru.
Salah satu perbedaan mencolok dari Kurikulum Merdeka adalah adanya mata pelajaran pilihan, termasuk Bahasa Asing, yang diminati banyak siswa. Menurutnya, banyak siswa yang tertarik mempelajari bahasa asing karena memiliki keinginan untuk bekerja di luar negeri.
Baca Juga:Menteri AHY Raih Penghargaan, Gebuk Mafia Tanah Selamatkan Kerugian RP 5,71 TriliunSiap Jadi Pionir Literasi Inklusif, 60 Desa di Sumedang Transformasi Perpustakaan
“Kebanyakan siswa memang tertarik untuk bekerja di luar negeri setelah lulus, dan banyak dari mereka yang bercita-cita untuk bekerja di Jepang,” ungkapnya.
Selain fokus pada pembelajaran bahasa asing, SMK YPPS Sumedang juga telah menerapkan program kelas industri, yang memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman langsung melalui praktik di industri. Meski lebih banyak waktu dihabiskan untuk praktik, Annisa menekankan bahwa siswa tidak ketinggalan materi teori berkat dukungan penuh dari para guru.
“Untuk materi teori, kami menggunakan media pembelajaran online agar siswa tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik,” jelasnya.
Annisa juga menyoroti pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di SMK YPPS Sumedang, di mana guru-guru telah beradaptasi dengan baik, meskipun masih ada aspek yang perlu ditingkatkan. Menurutnya, kurikulum pendidikan tidak boleh bersifat statis, melainkan harus dinamis dan terus berkembang mengikuti perubahan zaman.
Di SMK YPPS, pembelajaran terdiri dari 70% praktik dan 30% teori. Ia juga menekankan pentingnya pelatihan bagi guru. Sejauh ini, banyak pelatihan yang dilakukan secara daring melalui platform PMM (Program Merdeka Mengajar) atau Zoom.
Namun, Annisa berharap ada lebih banyak pelatihan tatap muka yang memungkinkan interaksi langsung antara pengajar dan peserta.
“Kebanyakan pelatihan dilakukan secara daring, baik melalui PMM maupun Zoom. Meski demikian, kami berharap ada lebih banyak pelatihan tatap muka yang memungkinkan interaksi lebih efektif,” ujarnya.
Baca Juga:Dinas Arpus Sumedang Dorong Literasi Berbasis Inklusi Sosial untuk Kesejahteraan MasyarakatSekda Apresiasi Peningkatan Literasi melalui Seni Wayang
Annisa menambahkan, kurikulum yang baik harus terus dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa serta tuntutan industri. Dengan begitu, pendidikan yang diberikan akan relevan dan sesuai dengan perkembangan zaman. (ahm)