Sinosis dan Review Film Alien: Romulus, Kisah Sekelompok Remaja yang Terjebak Bersama Alien

Sinosis dan Review Film Alien: Romulus, Kisah Sekelompok Remaja yang Terjebak Bersama Alien
Sinosis dan Review Film Alien: Romulus, Kisah Sekelompok Remaja yang Terjebak Bersama Alien
0 Komentar

Salah satu aspek paling menarik yang dihadirkan oleh Álvarez dan rekan penulisnya, Rodo Sayagues, adalah fokus pada karakter-karakter muda sebagai tokoh utama. Dalam serial “Alien”, perjalanan ke luar angkasa tidak pernah dipresentasikan dengan romantis. Karakter dalam film pertama hanyalah buruh yang bekerja untuk korporasi, bukan astronaut super pintar. Dengan menghadirkan tokoh muda, film ini menegaskan bahwa dunia dalam semesta “Alien” sudah tidak layak huni.

Mereka yang tua dan sakit akan dihadapkan pada kenyataan, sementara generasi muda terpaksa mencari cara bertahan hidup—entah mengikuti jejak orang tua mereka yang menyedihkan atau menjadi penjahat akibat sistem yang rusak. Penggunaan karakter muda ini memberikan kesegaran pada franchise yang sebelumnya didominasi oleh karakter dewasa, menambahkan elemen yang mengingatkan kita pada film slasher tahun 90-an.

Dari segi plot, “Alien: Romulus” merupakan film dengan alur yang cukup sederhana. Film ini tidak berusaha menambahkan elemen kompleks seperti “Prometheus” atau “Alien: Covenant”, dan tidak mencoba menjadikannya lebih dramatis seperti “Aliens”. Ini adalah horor konvensional yang membungkus elemen “Alien” dengan kemasan yang lebih langsung. Dengan karakter-karakter yang tipis, hanya Rain dan Andy yang memiliki hubungan yang dalam dan konflik yang jelas; sisanya lebih menjadi sasaran teror Xenomorph dan Facehugger.

Baca Juga:Sinopsis dan Review Film The Wild Robot, Kisah Robot Berhati Lembut dan KeibuanSinopsis Film The Substance, Kecantikan yang Berujung Menjadi Malapetaka

Sebagai film horor, “Alien: Romulus” memberikan pengalaman yang memuaskan bagi penggemar genre ini. Álvarez memang memerlukan waktu untuk membangun suasana, tetapi begitu ketegangan dimulai, teror tidak pernah berhenti. Ditonton dalam format IMAX, film ini menawarkan visual yang menakjubkan berkat sinematografi Galo Olivares, serta desain produksi yang megah dan efek praktis yang meyakinkan.

Musik oleh Benjamin Wallfisch menambah intensitas, dengan irama yang menyerupai detak jantung. Dengan babak ketiga yang benar-benar mendebarkan, “Alien: Romulus” bukan hanya melanjutkan warisan Ridley Scott, tetapi juga menegaskan bahwa Álvarez mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Bagi penggemar seri “Alien”, film ini pasti tidak akan mengecewakan. Dan bagi mereka yang baru mengenal dunia “Alien”, “Romulus” siap menyajikan kengerian yang sangat mengasyikkan.

0 Komentar