Banjir Cimanggung Tak Kunjung Usai, Pemerintah Dinilai Cuma Bagi Sembako Tanpa Solusi Konkret  

Warga Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, kembali dihantui banjir akibat luapan Sungai Cimande.
Warga Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, kembali dihantui banjir akibat luapan Sungai Cimande
0 Komentar

sumedangekspres, – Warga Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, kembali dihantui banjir akibat luapan Sungai Cimande. Setiap hujan deras mengguyur, skenario bencana yang sama terus berulang: rumah-rumah tergenang, warga terpaksa menyelamatkan barang-barang mereka, dan pemerintah datang dengan bantuan instan tanpa solusi jangka panjang.

Empat desa kembali terdampak dalam banjir terbaru yang terjadi pada Kamis (13/3/2025), yaitu Desa Cihanjuang, Sindangpakuon, Sindanggalih, dan Sukadana. Ketinggian air bervariasi dari 20 sentimeter hingga satu meter, merendam rumah-rumah warga.

Koordinator Gerakan Muda Peduli Alam (GEMPA), Dekki Ismailudin, menilai bahwa kondisi ini bukan lagi bencana musiman, melainkan bukti nyata bahwa pemerintah gagal menyelesaikan akar permasalahan.

Baca Juga:Rombongan Obrog-obrog Ketabrak Pick up di Ujungjaya, Delapan Orang Alami LukaBanjir Terjang Empat Desa di Cimanggung, Ratusan Warga Mengungsi

“Setiap tahun selalu begini. Setiap musim hujan, Sungai Cimande meluap, rumah-rumah kebanjiran, dan warga menderita. Tapi solusi konkret tak pernah ada,” tegasnya, Jumat (14/3).

Menurut Dekki, ada banyak faktor yang menyebabkan Sungai Cimande terus meluap. Alih fungsi lahan di hulu menyebabkan berkurangnya daerah resapan air, sementara di hilir, sungai yang dangkal dan menyempit memperparah kondisi. Ditambah lagi dengan rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah, yang semakin memperburuk situasi.

Namun, Dekki menyoroti bahwa tanggapan pemerintah sejauh ini masih jauh dari harapan. Setiap kali banjir terjadi, bantuan datang dalam bentuk sembako, tetapi langkah nyata untuk mencegah bencana serupa di masa depan tidak pernah terlihat.

“Kami bukannya menolak bantuan, tapi sampai kapan hanya mie instan yang diberikan? Ini bukan solusi! Kami butuh tindakan nyata, bukan sekadar respons darurat yang sifatnya sementara,” tandasnya.

Dekki menekankan bahwa normalisasi sungai yang dilakukan selama ini juga tidak maksimal. Pengerukan hanya dilakukan di hilir, sementara permasalahan utama ada di hulu yang terus mengalami degradasi lingkungan.

“Normalisasi harus menyeluruh, dari hulu hingga hilir. Bukan hanya dikerjakan saat banjir sudah terjadi, tapi harus dilakukan secara terencana di musim kemarau agar efektif,” ujarnya.

Lebih jauh, ia mengkritik pola pikir pemerintah dalam menangani bencana. Menurutnya, pendekatan yang digunakan justru terbalik.

Baca Juga:Gubernur Dedi Mulyadi Dorong Audit Alih Fungsi Lahan di Jabar Modifikasi Cuaca Efektif Turunkan Intensitas Hujan Ekstrem, Akan Terus Dilakukan Sampai 20 Maret

“Mengatasi banjir harusnya dilakukan di musim kemarau, misalnya dengan pengerukan sungai. Sedangkan saat musim hujan, justru penghijauan yang harus digalakkan supaya air terserap dengan baik. Kalau ini tidak dilakukan, maka bencana akan terus terulang,” pungkasnya.

0 Komentar