JATINANGOR – Sore itu, langit Desa Cileles mulai merona. Di atas hamparan rumput lapangan desa, puluhan anak berlarian mengejar bola dengan senyum merekah. Sorakan dan tawa mereka pecah setiap kali bola menyentuh kaki. Namun, hari itu bukan sembarang latihan—ada dua sosok yang membuat mata mereka berbinar lebih dari biasanya.
Kapten Persib Bandung Dedi Kusnandar dan mantan pemain Persib Erwin Ramdani melangkah ke tengah lapangan. Kehadiran mereka bukan hanya membawa nama besar klub kebanggaan Jawa Barat, tetapi juga secercah harapan bagi anak-anak Cileles untuk mewujudkan mimpi menjadi pesepak bola profesional.
Di sela Coaching Clinic yang menjadi bagian dari Liga HUT ke-80 Kemerdekaan RI Tingkat Desa Cileles, keduanya membimbing langsung. Dedi memberi arahan teknik kontrol bola dan umpan, sementara Erwin menunjukkan cara menggiring bola yang lincah. Anak-anak menyimak, menirukan gerakan, lalu mencoba berulang kali—seakan tak ingin melewatkan satu momen pun.
Baca Juga:PGSD UPI Sumedang Kembangkan Model Pembelajaran HOTS Berbasis Deep Learning untuk SD Kelas RendahDosen dan Mahasiswa Keperawatan UPI Kampus Sumedang Gelar Pelatihan Bantuan Hidup Dasar di SMAN 2 Cimalaka
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir, yang hadir membuka acara, menyampaikan pesan penuh semangat. “Mimpi akan terwujud apabila anak-anakku berlatih keras, penuh semangat, dan mau berkompetisi,” ujarnya lantang. Menurutnya, kehadiran para bintang lapangan seperti Dedi dan Erwin bisa memacu anak-anak untuk terus mengasah kemampuan.
Bagi Kepala Desa Cileles Duduy Abdul Holik, kegiatan ini bukan sekadar pertandingan sepak bola. “Tujuannya memotivasi anak-anak Desa Cileles, khususnya, dan Jatinangor pada umumnya, untuk menjadi pemain nasional,” ucapnya.
Tahun ini, 18 klub dari Jatinangor ikut berlaga memperebutkan Piala Kepala Desa Cileles. Duduy berharap, di masa mendatang, ajang ini bisa naik kelas menjadi Piala Bupati Sumedang dan terus menghadirkan figur-figur inspiratif untuk melatih generasi muda.
Di akhir sesi, anak-anak meninggalkan lapangan dengan wajah berkeringat namun mata berbinar. Mereka tak hanya membawa ilmu baru, tetapi juga keyakinan bahwa lapangan desa mereka bisa menjadi titik awal perjalanan menuju panggung sepak bola nasional.