Pedagang Bendera Keluhkan Sepinya Pembeli

Pedagang Bendera Keluhkan Sepinya Pembeli
Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80, sepasang suami istri di Soreang, Kabupaten Bandung, tetap bertahan berjualan bendera merah putih meski pembeli semakin jarang datang.(Dok:Jabar Ekspres)
0 Komentar

KOTA – Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80, sepasang suami istri di Soreang, Kabupaten Bandung, tetap bertahan berjualan bendera merah putih meski pembeli semakin jarang datang.

Andi (43) bersama istrinya, Erni (36), mulai menggelar lapak di pinggir Jalan Raya Soreang, Desa Pamekaran, sejak 29 Juli 2025. Profesi ini mereka jalani secara musiman, menyesuaikan momen yang ada. Saat Lebaran, keduanya menjual amplop THR, sementara di bulan Agustus mereka beralih ke bendera.

Untuk berjualan di Soreang, pasangan ini bahkan menyewa rumah sementara. Sementara itu, keempat anak mereka tetap tinggal di kampung halaman di Garut.

Baca Juga:Polemik BTS Ilegal Belum Ada KejelasanDiduga Gelapkan Hasil Pengolahan Kayu, Dua Pejabat Perhutani Jadi Tersangka 

Namun, Andi mengaku penjualan tahun ini menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Awal-awal buka masih lumayan ramai. Tapi semakin dekat 17 Agustus, malah makin sedikit yang beli,” tuturnya, Kamis (14/8/2025).

Ia menyebut, dalam beberapa hari terakhir, bendera yang terjual hanya satu atau dua buah per hari. Bahkan, tak jarang ia pulang tanpa pemasukan sama sekali.

Menurutnya, tren belanja online menjadi salah satu penyebab menurunnya minat pembelian langsung di pinggir jalan.

Selain itu, maraknya pencarian bendera bergambar anime One Piece juga dianggap ikut mempengaruhi.

“Ramai isu bendera One Piece, jadi banyak anak-anak sampai orang tua malah cari itu. Saya juga enggak berani jual, mending jual bendera Palestina sekalian,” kata Andi.

Bendera yang mereka jual dibanderol mulai Rp10 ribu hingga Rp250 ribu, tergantung ukuran dan jenisnya. Seluruh barang didapatkan dari pemasok di Garut, bukan produksi sendiri. Andi mengaku hanya mengambil keuntungan dari selisih harga jual.

“Kalau laku Alhamdulillah, kalau enggak ya nombok,” ujarnya.

Baca Juga:Petugas Gabungan Pangkas Dahan Pohon di Cadas Pangeran Pasca Insiden TumbangUnpad Sambut 11.375 Mahasiswa Baru, Rektor Ajak Wujudkan Mimpi dengan Karya Nyata

Di tengah sepinya pembeli, mereka juga kerap menghadapi tawar-menawar yang dianggap terlalu rendah.

“Modalnya Rp150 ribu, ada yang nawar Rp50 ribu. Kan enggak masuk akal,” keluhnya.

Setiap hari, pasangan ini mulai menata bendera sejak pukul 06.00 dan menutup lapak pada pukul 17.30 WIB. Meski keuntungan tidak menentu, Andi tetap merasa bangga melihat bendera yang ia jual berkibar di halaman rumah pembeli.

0 Komentar