Doa Tulus Seorang Pengajar Untuk Muridnya

Doa Tulus Seorang Pengajar Untuk Muridnya
Doa Tulus Seorang Pengajar Untuk Muridnya.(ilustrasi- Pinterest).
0 Komentar

SUMEDANG ESKPRES – Pecinta puisi merapat mau tau isi puisnya apa. Keppo banget? Sini simak..

Di balik gema tawa dan riuh diskusi di ruang kelas, tersimpan sebuah rahasia yang tak terucapkan, sebuah kekuatan hening yang membentuk jiwa-jiwa muda. Itu adalah doa tulus seorang pengajar.

Bukan sekadar rutinitas di awal atau akhir pelajaran, melainkan bisikan hati yang menjadi sumber energi tak terbatas dalam mendidik.

Baca Juga:Di Balik Sunyi, Ada Cinta Seorang GuruTerima Kasih, Cahaya Penuntun

Mengajar lebih dari sekadar mentransfer materi. Ia adalah seni menumbuhkan, merawat, dan mengarahkan.

Seorang guru berdiri sebagai arsitek peradaban, yang jari-jarinya tak hanya menunjuk papan tulis, tetapi juga membentuk masa depan bangsa.

Namun, pekerjaan yang mulia ini sering kali berhadapan dengan tantangan yang menguras tenaga: dari kurikulum yang terus berubah, murid dengan berbagai latar belakang masalah, hingga keterbatasan sarana.

Di sinilah letak inti kekuatan seorang pengajar sejati : ketulusan dalam doa.

Doa seorang pengajar bukanlah permintaan akan gaji yang lebih tinggi atau jabatan yang lebih baik. Doa mereka adalah permohonan agar:

Setiap ilmu yang disampaikan menjadi cahaya, yang menerangi kegelapan keraguan dalam benak murid.

Setiap kata yang terucap menjadi benih kebaikan, yang berakar kuat dan berbuah adab mulia.

Baca Juga:Guruku, Inspirasi Sepanjang WaktuCara Sederhana Merawat Luka Tangan Akibat Kaca di Rumah

Mereka diberi kesabaran tak terbatas, untuk memahami keunikan setiap murid, menerima kenakalan sebagai bagian dari proses tumbuh, dan melihat potensi di balik keterbatasan.

Doa tulus inilah yang mengubah rutinitas mengajar menjadi ibadah dan pengabdian. Ia membuat seorang guru mampu melihat melampaui angka-angka di rapor, fokus pada pembentukan karakter, dan merayakan sekecil apa pun kemajuan.

Saat kelelahan melanda, doa menjadi jangkar yang menahan mereka untuk tetap berdiri tegak, meyakini bahwa setiap tetes peluh tidak akan pernah sia-sia.

Puisi

Janji Hening di Papan Tulis

Untuk merangkum ketulusan dan harapan yang tak pernah padam itu, berikut adalah sebuah puisi yang menjadi representasi bisikan hati para pendidik:

Janji Hening di Papan Tulis

Di hadapan kursi kosong, sebelum fajar menyapaKudekatkan kepala, kupersiapkan jiwaBukan hanya materi yang kubawa hari iniNamun sekeranjang harap, seikat janji hening

0 Komentar