Senyum Lelah yang Menguatkan

Senyum Lelah yang Menguatkan
Senyum Lelah yang Menguatkan. (Ilustrasi- Pinterest)
0 Komentar

SUMEDANG ESKPRES – Puisi mengharukan untuk jasa tanpa kenal lelah oleh waktu.

Penasaran? Sini simak guys..

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat sosok guru berdiri di depan kelas, menyampaikan ilmu dengan penuh kesabaran.

Tidak jarang, senyum mereka tampak sederhana, bahkan terselip lelah yang tak dapat disembunyikan. Namun, di balik senyum lelah itu tersimpan kekuatan besar yang mampu menumbuhkan semangat bagi para muridnya.

Baca Juga:Di Balik Sunyi, Ada Cinta Seorang GuruGuru: Pelita Cahaya, Samudra Pengabdi

Senyum seorang guru bukan hanya ekspresi wajah, tetapi juga simbol ketulusan hati. Meski terkadang tenaga terkuras, waktu habis untuk mempersiapkan pelajaran, dan pikiran terbagi dengan berbagai persoalan, senyum itu tetap hadir.

Senyum yang mungkin tampak biasa, namun bagi murid adalah penanda bahwa mereka diperhatikan, dihargai, dan diberi dorongan untuk terus berusaha.

Bagi seorang murid, senyum lelah dari gurunya bisa menjadi pengingat bahwa perjuangan tidak pernah sia-sia. Ada teladan nyata tentang ketekunan dan dedikasi dalam mendidik generasi.

Senyum itu mengajarkan bahwa meski dunia penuh tantangan, manusia selalu bisa memilih untuk memberi kebaikan. “Senyum lelah yang menguatkan” adalah gambaran cinta seorang guru terhadap tugas mulianya.

Cinta yang tak selalu terbalas dengan materi, namun justru dengan doa, keberhasilan, dan kebahagiaan murid-muridnya kelak. Itulah warisan yang paling indah dari seorang guru warisan yang tak ternilai.

Maka, setiap kali kita melihat senyum seorang guru, ingatlah bahwa di baliknya ada pengorbanan, ketulusan, dan harapan besar.

Senyum lelah itu bukan sekadar tanda keletihan, melainkan sumber kekuatan yang menyalakan semangat kita untuk terus melangkah.

Senyum Lelah yang Menguatkan

Di balik mata yang meredup karena hari,

Tersimpan kisah juang, tanpa jeda tanpa henti.

Pundak memikul beban, langkah terasa berat,

Namun di sana, seberkas cahaya takkan sekarat.

Bukan keluhan yang terucap saat senja tiba,

Bukan air mata penyesalan yang tertumpah percuma.

Yang hadir hanyalah lekuk bibir, tipis dan hangat,

Senyum lelah, janji yang tak pernah terkarat.

Ia bukan senyum bahagia yang meledak riang,

Namun simbol ketabahan, melawan badai yang datang.

0 Komentar