Oleh: ENGKOS KOSWARA, Kecamatan Pamulihan, Sumedang Ekspres
SUMEDANGEKSPRES – Dulu tangan-tangan itu hanya akrab dengan sekop dan loyang panggang. Kini, mereka menekan tombol di layar komputer, mengunggah foto, dan mencatat penjualan lewat aplikasi. Ubi Cilembu, si manis dari tanah Sumedang, sedang menapaki jalan baru—dari bara panggangan ke kilau layar digital.
Di sebuah rumah panggang sederhana di Desa Cilembu, aroma khas ubi madu yang baru keluar dari oven terasa menggoda. Uapnya mengepul perlahan, menebar wangi karamel yang khas — manis, lembut, dan hangat. Inilah aroma yang telah menjadi ciri khas Kabupaten Sumedang selama puluhan tahun: Ubi Cilembu, si manis dari tanah Priangan.
Namun kini, kelezatan itu tak lagi berhenti di meja makan warga sekitar. Ubi Cilembu bersiap menempuh perjalanan baru — bukan lagi sekadar diangkut ke kota-kota besar, melainkan melintas di dunia digital. Dari ladang yang sunyi, produk ini menapaki jalur teknologi, mencari tempat di etalase global.
Baca Juga:DPRD Jabar Serap Aspirasi Warga Desa Kebonjati, Heri Ukasah Tegaskan Pentingnya Komunikasi Dua ArahPemkab Sumedang Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Program Starbak dan Kolaborasi Lintas Sektor
“Era digital sudah tidak bisa dihindari. Kalau tidak berubah, kita akan tertinggal,” ujar Deden Komar Priatna, Ketua Tim Pengusul Program Transformasi Digital UMKM, membuka pelatihan transformasi digital bagi pelaku usaha Ubi Cilembu di Sumedang.
Di hadapan para pelaku UMKM, Deden menjelaskan bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. “Mulai dari pemasaran digital, sistem pembayaran non-tunai, sampai pencatatan keuangan berbasis software — semuanya perlu dikuasai. Karena cara lama yang serba manual sudah tidak relevan lagi.”
Semangat baru itu datang bersama dukungan nyata. Melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), Kemendikbudristek menyalurkan hibah senilai Rp47,4 juta untuk mendukung pelatihan dan pendampingan transformasi digital bagi UMKM Ubi Cilembu. Dana tersebut digunakan untuk pelatihan literasi digital, penerapan software akuntansi berlisensi, hingga pendampingan usaha berbasis teknologi.
Di balik program ini, Universitas Winaya Mukti (Unwim) menjadi jembatan perubahan. Para dosen dan mahasiswa turun langsung ke lapangan — bukan sekadar mengajar, tapi juga mendampingi. Mereka membawa laptop, software akuntansi, dan semangat baru agar pelaku UMKM dapat beradaptasi dengan cepat.