“Literasi tidak hanya soal membaca dan menulis, tapi juga memahami, menganalisis, dan mengekspresikan gagasan,” jelas Kepsek.
Terakhir pembiasaan yang memupuk “Singer” atau inovatif yang berfokus pada kreativitas dan inovasi siswa, diwujudkan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan proyek literasi tematik. Siswa didorong untuk berkreasi melalui karya tulis, poster, video, pidato, dan bentuk ekspresi lainnya yang menggambarkan hasil dari kegiatan membaca dan pembelajaran mereka.
Lebih lanjut, Mulyawan menegaskan bahwa nilai-nilai Pancawaluya bukanlah hal baru bagi masyarakat Sunda. Menurutnya, konsep tersebut merupakan warisan kearifan lokal yang telah lama diajarkan oleh para leluhur dan kini diperkuat kembali melalui kebijakan pemerintah provinsi.
Baca Juga:Pohon Tumbang Tutup Akses  Cimalaka-CipadungPerumda Air Minum Tirta Medal Sumedang Klarifikasi Viral Air Keruh di Sindangpalay: Video Lama yang Direupload
“Filosofi pendidikan Sunda sejatinya sudah mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang sehat, benar, cerdas, dan kreatif. Program Pancawaluya ini mempertegas dan menguatkan apa yang sudah kami jalankan selama ini. Kami tentu sangat mendukung, bahkan menjadikan ini bagian dari budaya sekolah yang menunjukkan bahwa nilai-nilai lokal dapat diintegrasikan dengan sistem pendidikan modern untuk membentuk generasi muda yang berkarakter kuat, berdaya saing, dan berjiwa Sunda sejati,” tutup Kepsek . (ahm)