Melatih fleksibilitas tubuh, pemecahan masalah (bagaimana cara melewati tanpa meleppas tangan), dan fokus dalam mengikuti irama lagu.
4. Cingciripit
Meskipun sederhana, permainan ini berfungsi krusial sebagai penentu giliran (hompimpa).
Biasanya dalam permainina ini salah seorang akan pemain membuka telapak tangannya (sebagai ‘wadah’). Pemain lain meletakkan satu jari telunjuk di tengah telapak tangan tersebut.
Sambil menyanyikan lagu “Cingciripit tulang bajing kacapit…”, pada akhir lagu, telapak tangan ‘wadah’ akan menutup dengan cepat. Anak-anak harus sigap menarik jari mereka.
Baca Juga:Warisan yang Tergenang, 5 Tempat Bersejarah di Sumedang yang Mulai MenghilangPisah Sambut dan Serah Terima Jabatan, Era Baru Kepemimpinan Biro Humas dan Protokol
Siapa pun yang jarinya tertangkap, ia yang kalah dan harus “jaga” (menjadi pemain yang dicari atau kebagian tugas pertama) di permainan utama berikutnya (misalnya, petak umpet).
Permaini ini bertujuan untuk melatih kecepatan reaksi, ketepatan waktu, dan menjadi sarana menentukan peran secara adil tanpa perselisihan.
5. Boi-Boian (Boi-Boyan)
Permainan ini adalah gabungan antara ketangkasan melempar dan strategi beregu.
Dimainkan oleh dua tim dengan menggunakan pecahan genteng/keramik kecil yang ditumpuk, dan satu bola kasti atau tenis. Tim penyerang bertugas melempar bola untuk merobohkan tumpukan genteng.
Jika berhasil, Tim Penyerang harus menyusun kembali tumpukan itu sementara Tim Penjaga berusaha menangkap bola dan melemparnya mengenai anggota Tim Penyerang. Jika anggota Tim Penyerang terkena bola sebelum tumpukan berhasil disusun, mereka bergantian posisi menjadi Tim Penjaga.
Meningkatkan ketangkasan melempar dan menangkap, mengajarkan strategi beregu, dan melatih ketahanan fisik. Menghilangnya permainan ini disebabkan oleh pesatnya urbanisasi yang menghilangkan ruang bermain terbuka, serta invasi perangkat digital yang menawarkan kepuasan instan. Anak-anak kini lebih sering berinteraksi dengan layar daripada dengan teman sebaya di lapangan.
Untuk menyelamatkan kaulinan barudak Sunda dari kepunahan, diperlukan inisiatif bersama, mulai dari mengintegrasikannya ke dalam kegiatan sekolah, membuat video tutorial yang menarik di platform digital, hingga inisiatif Komunitas Hong dan pegiat budaya yang secara aktif mengadakan festival permainan tradisional.
Melestarikan permainan ini berarti menjaga identitas budaya dan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk merasakan kegembiraan sejati dari interaksi sosial dan petualangan fisik yang selama ini telah hilang.
