Tren Baru: Probiotik Non-Dairy Berbahan Bekatul

Tren Baru: Probiotik Non-Dairy Berbahan Bekatul
Jessica Priscilla Lim, Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran
0 Komentar

SUMEDANGEKSPRES – Kesadaran masyarakat modern terhadap pangan sehat terus meningkat. Gaya hidup serba cepat, pola makan yang tak selalu seimbang, dan melonjaknya kasus obesitas hingga diabetes membuat banyak orang mulai melirik produk makanan yang tak hanya mengenyangkan, tapi juga menyehatkan (Maqsood et al., 2025). Di antara berbagai pilihan, minuman fungsional menjadi favorit karena praktis dan bisa dirancang untuk menunjang kesehatan pencernaan hingga imunitas.

Salah satu bintang baru di kategori ini adalah minuman probiotik non-dairy, yakni minuman berbahan nabati yang diisi mikroorganisme baik untuk tubuh. Probiotik sendiri sudah lama dikenal menyeimbangkan mikrobiota usus dan menghasilkan metabolit yang penting bagi kesehatan (Ballan et al., 2020). Tren ini semakin menguat seiring meningkatnya intoleransi laktosa, alergi susu, dan gaya hidup berbasis nabati, sehingga produk probiotik tanpa susu menjadi pilihan yang makin inklusif (Mousavi et al., 2023).

Di Indonesia, muncul satu kandidat bahan baku lokal yang jarang dilirik namun sebenarnya sangat bernilai, yaitu bekatul. Lapisan luar biji padi ini selama bertahun-tahun lebih sering dipakai sebagai pakan ternak, padahal nutrisinya melimpah. Mulai dari serat pangan, protein, lemak sehat, vitamin, mineral, hingga senyawa bioaktif seperti γ-oryzanol dan fenolik yang terkenal sebagai antioksidan (Klahi et al., 2022).

Baca Juga:Dari Takbir ke Ketukan Lidi: Sebuah Tradisi yang Memudar di PangaroanBasarnas Bandung Kirim Tujuh Rescuer ke Sumatera untuk Perkuat Operasi SAR Banjir & Longsor

Tren global juga menunjukkan pergeseran besar dari probiotik berbasis susu menuju produk nabati berbahan serealia, kacang, bahkan buah. Serealia seperti beras, oat, dan bekatul memiliki keunggulan karena serat pangannya tinggi dan menjadi prebiotik alami yang membantu pertumbuhan probiotik (Rasika et al., 2021). Lebih dari itu, minuman probiotik non-dairy punya kelebihan penting lain: ramah lingkungan. Pemanfaatan hasil samping agroindustri seperti bekatul membantu mengurangi limbah, meningkatkan nilai bahan lokal, dan menghindari jejak karbon tinggi dari produksi susu hewani (Spaggiari et al., 2021). Tidak heran produk ini semakin cocok dengan preferensi konsumen yang makin peduli lingkungan.

Kombinasi antara probiotik dan bahan nabati kaya senyawa bioaktif menciptakan efek ganda, yaitu memperbaiki kesehatan usus sekaligus meningkatkan kapasitas antioksidan tubuh. Penelitian terbaru menunjukkan konsumsinya dapat mengurangi peradangan dan melindungi dari penyakit kronis (Valero-Cases et al., 2020). Dengan semua potensi tersebut, pengembangan minuman probiotik non-dairy berbasis bekatul menjadi peluang besar bagi inovasi pangan Indonesia. Bahan lokal yang dulu dipandang sebelah mata kini justru bisa menjadi bintang baru dunia minuman sehat.

0 Komentar