Untuk menekan kemiskinan, KDM menargetkan dua sektor utama: industri dan pertanian. Kawasan industri yang mulai tumbuh di Indramayu, Subang, dan Majalengka diharapkan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.“Industri sudah bergerak. Ketika industri tumbuh, akan muncul siklus ekonomi baru,” katanya.
Namun KDM menegaskan, pertumbuhan industri harus dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. “Pendidikan harus dibenahi. Sekolah kita siapkan untuk mencetak tenaga kerja yang siap masuk industri,” ujarnya.
Di sektor pertanian, KDM mendorong perubahan pola kerja buruh tani menjadi petani penggarap. Skema ini akan dikolaborasikan dengan pemanfaatan lahan milik Perhutani, tanpa mengubah jenis komoditas yang selama ini ditanam masyarakat.
Baca Juga:Kelurahan Situ Tingkatkan Kapasitas Ketua RW untuk Perkuat Kelembagaan KewilayahanRute Penerbangan Bandung–Semarang Resmi Dibuka, Dorong Konektivitas dan Ekonomi Jawa Barat
“Kasus di Pangalengan, banyak warga masih berstatus kuli. Ini yang akan kita ubah supaya pendapatan mereka meningkat,” tegasnya.
BPS mencatat, pada Maret 2025 jumlah penduduk miskin di Jawa Barat memang berkurang 13,61 ribu orang dibanding September 2024. Namun angka 3,65 juta jiwa menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan masih membutuhkan terobosan besar, bukan sekadar pertumbuhan angka statistik.
Tanpa perbaikan upah, kepastian kerja, dan akses lahan produktif, kemiskinan dikhawatirkan tetap menjadi masalah laten di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. (red)
