SUMEDANG EKSPRES – Geotheater Rancakalong merupakan gedung kesenian yang kerap digunakan sebagai tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, mulai dari acara sakral hingga pertunjukan seni modern.
Sejalan dengan julukan Kabupaten Sumedang sebagai ‘puseur budaya’ Jawa Barat, kawasan ini secara konsisten menjadi ruang hidup bagi pelestarian dan pengembangan budaya lokal.
Salah satu upaya tersebut diwujudkan melalui kegiatan mingguan bertajuk Ekosistem Budaya Kasumedangan, yang rutin digelar di Geotheater Rancakalong. Program ini menjadi wadah ekspresi seni sekaligus ajang pencarian dan pembinaan talenta budaya dari berbagai kalangan.
Baca Juga:Kulit Mulai Kehilangan Elastisitas? Saatnya Rawat dari Dalam dengan Nutricoll B ERL4 Daftar Makanan Khas Sumedang, Cocok Untuk Oleh-oleh Saat Libur Akhir Tahun di Sumedang
Pengelola Geotheater Rancakalong, Haris Mansur, menjelaskan bahwa dalam kegiatan tersebut ditampilkan beragam kesenian, seperti ngulik, kaulinan barudak, serta pertunjukan seni lainnya. Setiap hari Sabtu, dilakukan proses seleksi talenta oleh Wendy dari Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga (Disparbudpora).
“Kita ada event yang emang rutin di mingguan, Ekosistem Budaya Kasumedangan namanya. Di sana ada ngulik, kaulinan barudak, terus beberapa pagelaran seni.” ucap Haris, Rabu (24/12/2025).
Haris menambahkan, kegiatan yang saat ini telah memasuki penyelenggaraan ke-7 tersebut meski berlokasi di Rancakalong, namun bersifat terbuka bagi seluruh masyarakat Sumedang. Peserta berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pelajar SD, SMP, SMA, mahasiswa, Duta Pariwisata, hingga seniman lokal.
“Disini ya ngadain event buat kebudayaan Sumedang, jadi tidak hanya kebudayaan secara lokasi kan di Rancakalong, tapi untuk talent dan pagelaran itu dari Sumedang keseluruhan. Ada dari SD, SMP, SMA, mahasiswa, bahkan Duta Pariwisata dan seniman-seniman berprestasi,” terangnya.
Menurut Haris, kegiatan ini telah menjadi agenda rutin Geotheater Rancakalong sebagai bagian dari penguatan identitas Sumedang sebagai pusat budaya. Seluruh program dijalankan secara terjadwal dan berkelanjutan.
“Itu sudah jadi agenda rutin, kalender rutin di Geotheater untuk menunjang dan menunjukkan bahwa Sumedang itu sebagai puseur budaya. Aplikasinya salah satunya di Ekosistem Budaya Kasumedangan,” katanya.
Menjelang libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, Haris menyebutkan bahwa kunjungan ke Geotheater Rancakalong justru mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tidak hanya pengunjung lokal, tetapi juga dari luar daerah seperti Bandung.
