SUMEDANGEKSPRES.COM, Kota – Petani jamur tiram mengeluhkan biaya produksi yang semakin tinggi, kelangkaan bahan baku serta cuaca yang tidak mendukung.
Seorang petani jamur tiram Dindin Nurdin mengatakan sejak bulan Agustus 2021 hingga saat ini terjadi penurunan omzet yang sangat drastis.
“Waktu merebaknya virus Covid-19, pada bulan Agustus mengalami penurunan produksi secara drastis akibat musim kemarau,” katanya kepada Sumeks, Kamis (2/9).
Baca Juga:Selama PTM, SMPN 3 Berlakukan Prokes KetatPTM, Psikologis Siswa Akan Lebih Baik
Dia menambahkan ada dua jenis jamur tiram yang ditanam. Antara lain jamur tiram putih dan jamur tiram coklat.
“Untuk jamur tiram putih biasa menjual Rp 12.000 sementara untuk jamur tiram coklat biasa menjual Rp. 20.000.” jelasnya.
Dindin mengatakan ada beberapa masalah dalam berbudidaya jamur yang menjadi kendala. Diantaranya biaya produksi yang terus meningkat, kelangkaan bahan baku, serta cuaca yang tidak bersahabat.
“Setiap harinya bisa menghasilkan 4-5 Kg dari 1000 log/bungkus. Mudah mudahan harga bahan baku bisa kembali normal,” ungkapnya.
Dindin mengatakan untuk bahan baku yang mengalami kenaikan diantaranya plastik log harga normal Rp 30.000 sekarang menjadi Rp.40.000/Kg. Dedak harga awalnya Rp 2000 sekarang menjadi Rp.3000/kg itu pun sudah mulai jarang. Serta, kapur harga awalnya Rp18.000/karung kini menjadi Rp.20.000/karung.
“Semoga bahan baku yang sudah mulai langka kembali tersedia,” harapnya.
Dia berharap pandemi covid-19 segera berakhir karena sangat berpengaruh terhadap penghasilannya selama ini.
“Semoga covid cepat berlalu. Saya juga tidak pernah dapat bantuan dari pemerintah. Mudah-mudahan untuk kedepannya bisa mendapatkan bantuan UMKM. Saya mah pasrah saja menghadapi ini semua,” pungkasnya. (rif)