Ada Bansos, Penjualan Telur Anjlok
SUMEKS, Kota – Naiknya harga jagung dan dedak berimbas kepada naiknya harga pakan ayam, khususnya ayam petelur.
Pemasok pakan untuk sejumlah peternak di Sumedang Ica Siti Fatimah membenarkan adanya kenaikan. Kenaikan harga pakan jagung dan dedak tersebut karena bahan baku yang kian melonjak
“Kenaikan pakan terasa dari beberapa bulan terakhir. Naiknya perlahan namun terus naik hingga sekarang. Penjualan pakan pun ikut menurun hingga 30 persen,” jelas Ica.
Baca Juga:Vaksinasi SMAN Cicalengka Capai 90 PersenVaksinasi Rancamulya Capai 32 Persen
Dijelaskan, harga pakan ayam petelur yang biasanya Rp.6.000 sekarang menjadi Rp.6.700. Kenaikan pakan tersebut tidak hanya di pakan ayam petelur, namun hampir semua jenis pakan dari berbagai merk mengalami kenaikan
“Hampir semua mengalami kenaikan, namun paling terasa ada di pakan ayam petelur. Kalau dihitung hitung peternak akan merugi bila harga telur tetap di bawah,” kata Ica.
Selain menjual pakan ayam, dirinya juga menerima penjualan hasil ternak seperti ayam boiler dan juga telur ayam.
“Penjualan telur rendah Rp.16.000 per kg harga di kandang. Padahal, modal mencapai 18.000 hingga 19.000 ribu per kilo,” tumpas Ica.
Sementara itu, para peternak ayam petelur di Kabupaten Sumedang mengeluhkan anjloknya harga telur akibat adanya bantuan sosial. Bahkan pada saat distribusi bantuan sosial, telur tidak laku.
Seorang peternak ayam petelur, Sudarwita menjelaskan selama adanya bantuan sosial non tunai dirinya mengalami penurunan penjualan telur. Bahkan, sampai saat ini belum ada kenaikan untuk penjualan telur ayam.
“Kalau sebelum ada bansos, penjualan telur ayam terus terusan. Bahkan sampai kewalahan. Namun, harga telurnya mengalami penurunan,” kata Sudarwita.
Baca Juga:Oktober 2021, Mahasiswa Unpad Mulai PTMNesaciTV, Studio Mini SMP Negeri 1 Cimanggung
Hal tersebut berdampak kepada pendapatan peternak telur. Selain itu, harga pakan kian bulan kian melonjak membuat peternak mengalami kerugian.
“Harusnya pakannya turunlah karena menurut saya ini berat bagi usaha kecil seperti saya,” ujar Sudarwita.
Penumpukan telur pun terjadi karena minimnya pembeli. Harga telur dari peternak pun mengalami penurunan yang cukup signifikan.
“Harga telur saat ini malah anjlok diangka Rp 19.000 per kilogram, dari harga normal Rp 23.000 per kilogram. Akibatnya, pendapatannya berkurang sampai 50 persen. Yang tadinya pendapatan lumayan sekarang jadi minim,” kata Sudarwita.