SUMEKS, Kota – Program Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di SMPN 1 Sumedang berjalan lancar tanpa ada kendala ataupun masalah yang serius.
Hal itu disampaikan Kepala SMPN 1 Sumedang, Asep Ruhendi melalui Wakasek bagian Kurikulum Riki Sumda, Selasa (26/10).
“Allhamdulillah PTMT di sekolah kami sudah berjalan hampir dua bulan dan prosesnya berjalan dengan baik,” katanya saat ditemui Sumeks di kantornya.
Baca Juga:Pasca Dibangun, Setahun Pasar Sukamanah TerbengkalaiDesa Siaga Siapkan Kebutuhan Warga
Dalam melaksanakan program tersebut, kata dia, disertai dengan pengawasan dan menerapkan protokol kesehatan yang ekstra ketat.
“Teknisnya kami bagi menjadi dua shift pertingkatnya, sesuai dengan nomor urut absen dengan jadwal pembagian,” terang Wakasek.
Minggu pertama, yang masuk kelas VII, dengan nomor urut absen siswa 1 sampai 16 masuk shift pertama, mulai dari jam 7.30 sampai jam 9.30.
Kemudian, dilanjutkan dengan shift kedua, yaitu untuk siswa nomor urut 17 sampai 32 dimulai dari pukul 10.30 sampai 12.30, begitupun dengan tingkatan kelas 8 dan kelas 9.
Bedanya minggu pertama itu untuk kelas VII,untuk minggu kedua kelas VIII, kemudian minggu ketiga itu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang digunakan untuk penyemprotan kelas dan lingkungan sekolah guna mensterilkan ruangan,
“Kemudian dilanjut pada minggu ke empat, yaitu untuk kelas IX.” ucapnya.
Untuk PJJ, lanjut Riki, dimulai jam 08:00 sampai jam12:00 dengan dua mata pelajaran (Mapel). “Satu Mapel itu ekuivalen dengan 2 X 60 menit,” ucapnya
Baca Juga:Ruas Jalan Sindang-Pasirmalang SelesaiRest Area Tol Cisumdawu Diisi 70 Persen UMKM Sumedang
Sebelum pembelajaran dimulai, ada kebiasaan – kebiasaan yang sudah lama diterapkan, yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
“Hari Senin ngaji bareng untuk kelas VII, untuk hari Selasa Ngaji bareng kelas VIII, untuk hari Rabu itu Ngaji bareng kelas IX, untuk hari Rabu nya itu adalah Literasi membaca buku Novel,” tuturnya.
Kemudian hari kamis dan jumat, ada Jumat berkah dan hari Sabtu pihaknya melaksanakan GLS dengan pengenalan lagu daerah dan lagu-lagu nasional.
“Lagunya dinyanyikan ulang untuk diperdengarkan oleh siswa, kemudian siswa memberi tanggapan, itu yang menyanyi nya ada dari perwakilan siswa, perwakilan guru, atau bahkan alumni yang memang berkopenten di bidang itu,” katanya. (ahm)