Berdasarkan hasil refleksi dan kajian serta riset ilmiah yang telah dilakukan, terdapat sepuluh fase yang perlu dilakukan dalam upaya mengembangkan karakter melalui pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Kesepuluh fase tersebut apabila dikumpulkan dalam suatu akronim yang disebut INTEGRATED:
I (Introduction)
N (Narative)
T (Test atau pre test)
E (Education)
G (Growth)
R (Repetisi)
A (Action dan Analisis)
T (Training)
E (Evaluation)
D (Doing)
Sesuai dengan akronimnya, desain pembelajaran ini dapat disebut dengan model INTEGRATED. Fase-fase tersebut merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Clarke & Hollingsworth, 2002; Joyce, B. Weils, M. & Calhoun, 1996). Penjelasan fase-fase model INTEGRATED tersebut dipaparkan secara ringkas sebagai berikut.
Baca Juga:Satu Rumah Milik Guru di Mulyasari Hangus Terbakar, Merugi Ratusan JutaBelum Sebulan Perbaikan, Gorong-gorong Kembali Rusak
Fase yang pertama adalah INTRODUCTION. Fase ini merupakan kegiatan awal dimana pendidik melakukan doa bersama dan serangkaian kegiatan pembuka lainnya. Pada fase ini indikator yang ingin dicapai adalah Pengondisian peserta didik agar lingkungan belajar kondusif dengan menghidupkan nilai-nilai spiritual guna menanamkan karakter religius. Dilajutkan dengan fase NARATIF, yang bertujuan untuk menumbuhkan motivasi peserta didik terkait dengan pengembangan pengetahuan dan mendorong peserta didik untuk bertindak dan berperilaku baik. Dengan menampilkan tontonan dari Youtube yang bersifat motivasi, diupayakan cerita yang ada kaitannya dengan materi yang disampaikan bisa memberikan makna dan pentingnya dilakukan dalam praktik olahraga dan juga keseharian. Kegiatan awal ini diakhiri dengan menggali informasi dari perserta didik dengan memberikan PRE-TES.
Pada kegiatan inti, terdapat fase kelima, yaitu fase EDUCATION. Pendidik menyampaikan garis besar materi kepada peserta didik. Dilanjukan pada fase berikutnya, yakni fase GROWTH dan fase REPETITION. Kedua fase ini berfungsi untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada pembelajaran. Pada fase tersebut pendidik menghubungkan nilai-nilai karakter pada fase NARATIF dengan materi pembelajaran dan menerapkannya di setiap interaksi pembelajaran.
Kegiatan inti dilanjutkan pada fase ACTION AND ANALYSIS untuk pengembangan belajar kelompok, dan fase TRAINING untuk pengembangan belajar mandiri. Peserta didik akan dikelompokan secara acak untuk mencerminkan keadilan, lalu akan dipilih satu kelompuk untuk dibimbing dan menjadi model bagi kelompok lainnya.