Rekonstruksi Pendidikan Jasmani di Indonesia: Sebuah Upaya Mengokohkan Kontribusi Pendidikan Jasmani dalam Membangun Karakter Bangsa

Rekonstruksi Pendidikan Jasmani di Indonesia: Sebuah Upaya Mengokohkan Kontribusi Pendidikan Jasmani dalam Membangun Karakter Bangsa
Prof. Dr. Tatang Muhtar, M.Si.
0 Komentar

Ketidaksuksesan pendidik dalam menumbuhkan karakter bangsa dalam proses pendidikan, diduga erat kaitannya dengan kebiasaan seorang pendidik mengajar secara tidak profesional, kebiasaan mengajar dengan instan atau tidak mau ribet, serta  kurang peduli pada perubahan karakter peserta didik. Sementara itu, untuk belajar menjadi pendidik profesional diperlukan proses yang kompleks yang membutuhkan kemampuan kognitif maupun emosi baik secara individual ataupun kolektif sehingga muncul kapasitas dan kemauan untuk menganalisis bahwa setiap orang (peserta didik) itu memiliki keyakinan dan refleksi untuk mengeksekusi kemungkinan yang tepat untuk berubah ke arah yang lebih baik (Avalos, 2011).

Ketidakprofesionalan pendidik berdampak pada belum optimalnya pembelajaran penjas dalam menanamkan karakter. Adapun salah satu ikhtiar nyata yang perlu dilakukan oleh akademisi dan praktisi dalam membangun karakter melalui pintu pendidikan adalah mengembangkan suatu model pembelajaran penjas berbasis karakter kebangsaan. Untuk hal tersebut, pendidik perlu untuk senantiasa merefleksi diri dan berupaya terus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, pendidik mampu memahami gaya belajar dan gaya mengajar yang dapat menciptakan suatu perubahan dalam proses belajar.

Hal ini berarti bahwa pendidik harus menyadari sepenuhnya bahwa langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran yang selama ini dilakukan belum mampu memberikan hasil yang cukup memuaskan sehingga diperlukan pengembangan atau penyusunan model yang inovatif dan futuristik. Hal ini dapat dipahami, karena selain berkaitan erat dengan gaya mengajar, model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan untuk menyiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif (Hanafiah & Suhana, 2009). Selain itu, model pembelajaran juga yang dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran (Joyce, B. Weils, & M. Calhoun, 1996).

Baca Juga:Satu Rumah Milik Guru di Mulyasari Hangus Terbakar, Merugi Ratusan JutaBelum Sebulan Perbaikan, Gorong-gorong Kembali Rusak

Kemampuan pendidik dalam mengembangkan model mengisyaratkan bahwa pendidik pun harus memiliki kemampuan literasi (Supriyadi & Julia, 2019). Upaya yang dapat dilakukan, antara lain, melalui penelusuran kajian-kajian yang dapat meningkatkan kemampuan mereka. Misalnya, dilakukan penelitian bagaimana pembelajaran pendidik, kemudian diusulkan atau didiskusikan model pembelajaran profesional pendidik (Castle, 2006; James & McCormick, 2009; Nisbet & Shucksmith, 1986; Novak & Gowin, 1984; Olson & Craig, 2001). Hal ini dilakukan dalam upaya bagaimana pendidik belajar dan berubah dengan mengembangkan teori atau menerapkan teori untuk  perubahan pendidik (Clarke & Hollingsworth, 2002; Korthagen, 2004, 2010; Penlington, 2008).

0 Komentar