Rekonstruksi Pendidikan Jasmani di Indonesia: Sebuah Upaya Mengokohkan Kontribusi Pendidikan Jasmani dalam Membangun Karakter Bangsa

Rekonstruksi Pendidikan Jasmani di Indonesia: Sebuah Upaya Mengokohkan Kontribusi Pendidikan Jasmani dalam Membangun Karakter Bangsa
Prof. Dr. Tatang Muhtar, M.Si.
0 Komentar

Pada kegiatan penutup, terdapat fase EVALUATION dan DOING. Pada kegiatan ini pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dilakukan upaya melakukan pembiasaan prilaku melalui monitoring atau jurnal harian yang diisi oleh orang tua peserta didik, dan ditutup dengan doa.

Selain itu, fase tersebut mencakup konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosio-kultural yang digagas oleh pemerintah untuk menumbuhkan karakter kebangsaan, yakni 1) olah hati (spiritual and emotional development), 2) olah pikir (intellectual development), 3) olah raga dan kinestetik (physical and kinaesthetic development), dan 4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development). Keempat proses psiko-sosial ini secara holistik dan koheren saling terkait dan saling melengkapi dalam rangka pembentukan karakter dan perwujudan nilai-nilai luhur dalam diri seseorang (Kemendiknas, 2010, pp. 9–10). Penguatan pendidikan karakter (PPK) tersebut kini dikembangkan menjadi profil Pelajar Pancasila, yang mencakup (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Berkebinekaan global, (3) Bergotong royong, (4) Mandiri, (5) Bernalar kritis, dan (6) Kreatif.

Hadirin yang saya muliakan

Sebagai penutup dalam pidato ini, saya ingin menegaskan bahwa tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa kehadiran pendidikan jasmani dan tidak ada pendidikan jasmani berkualitas tanpa kehadiran pendidik yang berkualitas.  Kualitas pendidik diyakini sebagai faktor penting pembelajaran dalam pendidikan jasmani di sekolah. Hal ini berarti untuk membangun karakter dalam penjas diperlukan pendidik yang profesional, yakni pendidik yang mampu mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran penjas. Kemampuan untuk mengembangkan karakter dalam pembelajaran penjas meniscayakan adanya model pembelajaran. Oleh karena itu, untuk membelajarkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran penjas, seorang pendidik perlu menerapkan sepuluh fase dalam proses pembelajaran INTEGRATED. Dari hasil riset yang dilakukan,   sepuluh fase tersebut telah terbukti mampu menumbuhkembangkan sembilan karakter dalam pembelajaran penjas, yakni (1) Respek, (2) Tanggung Jawab, (3) Peduli, (4) Jujur, (5) Adil, (6) Beradab, (7) Percaya diri,  (8) Kebersamaan,  dan (9) Religius.

Baca Juga:Satu Rumah Milik Guru di Mulyasari Hangus Terbakar, Merugi Ratusan JutaBelum Sebulan Perbaikan, Gorong-gorong Kembali Rusak

Sebelum saya mengakhiri pidato ini, izinkan saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dan memotivasi hingga akhirnya dapat mengantarkan saya berdiri di podium dalam majelis yang terhormat ini.

0 Komentar