Juru Pelihara Gunung Koentji dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten, Nata mengatakan Benteng Gunung Koentji dibangun sekitar 1914-1917 yang berfungsi sebagai benteng pertahanan Belanda.
“Benteng pertahanan Belanda atau bunker yang paling besar itu di disini di Gunung Koentji, makanya ini disebut sebagai kunci pertahanan Belanda waktu itu,” ungkap Nata
Benteng tersebut, lanjut Nata, berbentuk menyerupai lubang kunci yang memiliki 17 ruangan. Ruangan-ruangan tersebut memiliki fungsinya masing-masing.
Baca Juga:Jalan Perbatasan Sukajadi-Cilengkrang Harus Segera DiperbaikiBupati serahkan 25 Komputer Untuk Ponpes Al-Aqsha
“Pertama yang di bawah untuk penjagaan dan yang lainnya yang di atas itu dulunya dua lantai yang di bawah untuk perundingan dan yang di atasnya untuk peristirahatan perwira dan tangga yang mengapit disana ada ruangan sebagai tempat tahanan sementara,” terangnya.
Nata menambahkan, sementara untuk dua ruangan yang berbentuk lingkaran berfungsi sebagai tempat menyimpan senjata berat.
“Di ruangan itu di atas dindingnya kan ada seperti kail, nah itu untuk menggantungkan senjata yang berada di bawah mengarah ke utara dan yang atas mengarah ke selatan atau ke Alun-alun sekarang,” ungkap Nata.
Benteng Gunung Kontji berada di lahan seluas 3,6 hektar. Kawasan benteng, saat ini selain menjadi salah satu Situs Cagar Budaya peninggalan Belanda, juga sebagai Taman Hutan Raya (Tahura).
Di sana terdapat terdapat sejumlah sarana, diantaranya amphitheater atau panggung hiburan terbuka, pusat kuliner, rest area, arena bermain, wahana outbond, jogging track, menara pengawas, mushala, tempat parkir, dan toilet. (kga)