Perajin Tahu – Tempe Terancam Gulung Tikar

Perajin Tahu -Tempe Terancam Gulung Tikar
Seorang pedagang tahu di kawasan Sumedang Kota saat melayani dan membuat tahu, kemarin. (DOK SUMEKS)
0 Komentar

sumedang, KOTA – Kelangkaan minyak goreng dan melonjaknya harga kedelai membuat para perajin dan penjual tempe – tahu khas Sumedang terancam gulung tikar.

Kelangkaan minyak yang terjadi dibenarkan oleh produsen minyak curah, Asep Daryana. Dia mengaku tidak mendapatkan supsidi dari pemerintah, dan membuat minyak sedikit sulit diperoleh.

“Kalau harga minyak Rp17.000 per kilonya untuk yang jerigen, kalau yang eceran Rp.17.500. Belum lama ini ada subsidi pemerintah, tapi kita tidak dapat, jadi barang sempat kosong,” ucap Asep kepada Sumeks di tempatnya bekerja, Rabu (16/2)

Baca Juga:Pandemi, Stok Darah PMI Sumedang MenipisCamat Cimanggung Klaim Banjir Teratasi Secara Bertahap

Dalam tiga hari, Asep mampu menjual 13 ton minyak yang sebagian besar dikirim ke pabrik pabrik kerupuk, tahu dan industri rumahan.

“Konsumen ngeluh lantaran harga karena mereka gak bisa naikin harga dagangannya,” jelas Asep.

Asep menjelaskan harga normal minyak yang dijual rata rata Rp 14.000 hingga Rp 15.000. Di samping itu, banyak industri rumahan yang beralih ke menggunakan minyak kemasan.

“Banyak yang beralih ke minyak kemasan, karena disini barang sulit. Pemerintah mengeluarkan minyak Rp 14.000 per liternya, sekarang ada mulai kembali lagi karena minyak dibatasi,” kata Asep.

Sementara itu, nasib kacang kedelai impor pun tak jauh berbeda dengan minyak goreng. Salah satu distributor terbesar kacang kedelai di Sumendang yang berlokasi di Alamsari Kecamatan Sumedang Utara, terpaksa menaikan harga kacang kedelai bagi para pengrajin tahu dan tempe di Sumedang.

Penjual kedelai, Rika Nur Akomah mengatakan, kacang kedelai yang diimpor dari Amerika tersebut selain dikirim untuk memenuhi kebutuhan perajin tahu dan tempe, kedelai juga di kirim ke berbagai daerah.

“Awal harga Rp 9.800 perkilo terus mengalami kenaikan. Sekarang sekitaran Rp 10.100 sampai Rp. 10.200 dari importirnya,” jelas Rika.

Baca Juga:Bioskop Masuk Desa Bersama Panti Baca Ceria Sudah Tayang!Rafale, Diplomasi Militer Dilarang Melarang

Dikatakan, kedelai juga ada pengurangan pemasokan dari importir. Rika mengaku biasa menjual 8 hingga 10 ton perharinya.

“Sekarang ada penurunan karena para perajin sendiri ada yang mengurangi produksinya, bahkan ada para perajin yang terpaksa berhenti,” tuturnya.

Sementara itu, seorang pedagang tahu di jalan Pangeran Kornel samping hotel Kencana Jaya, Abah Tahu, merasakan dampak dari harga minyak naik. Miris, dia mengaku bahwa penghasilan yang dia dapatkan sangat menurun.

0 Komentar