Dikatakan, selain penunjang memasak, minyak goreng juga penting untuk persediaan pasa saat waktu mendesak.
Mirna mencontohkan, pada momen makan sahur ada kalanya warga kesiangan bangun dan belum menyajikan makan sahur. Pada momen itu, minyak goreng paling efektif digunakan untuk memasak dengan cepat. Misalkan menggoreng telur, itu bisa matang dengan beberapa menit saja.
“Minyak goreng juga bisa digunakan pada saat momen mendesak, misalnya saat kesiangan bangun sahur,” kata dia.
Baca Juga:Sopir Mengantuk, Truk Masuk Jurang Sedalam 15 MeterBayi Menangis, Ditemukan Warga di Masjid
Selain itu, awal memasuki puasa biasanya harus ada hidangan yang bisa menggugah selera. Seperti memasak hidangan yang langka dijadikan menu pada hari-hari biasa.
“Minyak goreng sangat penting untuk penunjang memasak,” tegasnya.
Warga lainnya, Toto menilai, selama ini, warga tidak memahami faktor dari kelangkaan minyak goreng yang hampir merata di setiap daerah. Diharapkan, pemerintah segera mencari solusi untuk menormalkan keadaan.
“Ini harus cepat dicarikan solusi, karena dampak dari kelangkaan minyak bisa juga menurunkan perekonomian masyarakat. Terutama, pengusaha mikro seperti penjual gorengan dan yang lainnya,” kata dia.
Setelah Pemerintah Pusat resmi mencabut kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan di pasaran yang sebelumnya dipatok Rp 14.000 per liter dan menyerahkan harga di pasaran, sejumlah rak-rak minyak goreng kemasan di supermarket di Bandung kembali terpenuhi. Masyarakat pun tampak antusias mengambil minyak goreng yang dalam dua bulan terakhir menjadi barang langka.
Seperti yang terjadi di salah satu supermarket di Jalan Sunda. Pantauan JPNN.com di lapangan, rak-rak tersebut kembali dipenuhi dan dipajang oleh petugas. Sejumlah pembeli langsung menyerbu rak tersebut dan mengambil beberapa buah. (mcr27/jpnn-eri-dhl/job)