sumedang, WADO – Larangan adanya pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite menggunakan jerigen dikeluhkan masyarakat di pelosok.
Kebijakan tersebut tentu saja berdampak kepada aktivitas warga. Dengan adanya larangan pembelian pertalite menggunakan jerigen, BBM eceran jenis pertalite menjadi tidak ada dan langka di berbagai pelosok Kabupaten Sumedang.
Sementara itu, meski di pelosok aktivitas masyarakat saat ini hampir rata-rata menggunakan kendaraan, baik itu aktivitas ke kebun maupun ke kota.
Baca Juga:Universitas Persis Bantu Pembangunan SumedangPenjelasan Hadits Tidur Adalah Ibadah Saat Puasa
Pantauan Sumeks, banyak POM mini ataupun 2 tax kini beralih menjual Pertamax. Meski mahal, tapi keberadaannya cukup membantu mobilitas warga.
“Kini, kami sulit untuk mendapatkan Pertalite. Jadi, saat ini kami hanya menjual Pertamax saja,” kata seorang pemilik POM Mini di Desa Jambu Kecamatan Conggeang yang tidak mau disebutkan namanya beberapa waktu lalu.
Diakui, memang banyak masyarakat yang mengeluhkan tidak adanya Pertalite. Pasalnya, harga Pertamax cukup mahal.
“Masyarakat sangat membutuhkan pertalite, kalau Pertamax cukup mahal meski terbilang bagus,” jelasnya.
Sementara itu, seorang warga Desa Sukajadi Kecamatan Wado Dede Suhendar mengatakan sekarang BBM itu jadi salah satu kebutuhan yang menunjang aktivitas perekonomian.
Dia menyebutkan jarak dari tempat tinggalnya ke POM Wado itu berjarak puluhan kilometer. Oleh sebab itu, keberadaan penjual bahan bakar eceran di pelosok sangat diperlukan.
“Masa sekarang kalau mau aktivitas ke kebun menggunakan roda dua, harus ngisi dulu ke pom bensin yang jarak tempuhnya bisa puluhan kilo meter,” kata dia.
Baca Juga:Nonton Drama Korea Saat Puasa, Bagaimana Hukumnya ? Sholat Sunnah Qobliyah Subuh Lengkapi Ibadah Ramadhan, Begini Niat dan Tata Caranya
Dia mengharapkan ada kebijakan lagi untuk wilayah pelosok. Jangan sampai larangan pembelian bahan bakar jenis pertalite bisa berdampak kepada lumpuhnya aktivitas di pelosok.
“Kita minta kebijakan itu dikaji ulang, karena ini tidak berpihak kepada masyarakat di pelosok,” kata dia.
Adapun, bahan bakar minyak jenis pertamax harganya sangat tinggi, harga di pom saja sudah 12.500. Berapa pengecer harus menjual jenis BBM tersebut, tentu saja hal itu bisa membebani masyarakat kecil.
“Kalau pertamax itu kemahalan bagi kami, karena aktivitas kami cuma ke kebun mencari rumput,” katanya. (eri)