“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,” tulis surat tersebut.
Pada ayat ini, lanjut Arifin, orang-orang yang tidak beriman juga berinfak, tapi untuk menjauhkan manusia dari jalan Allah. Tentu yang kita maksud adalah infaq fi sabilillah yang digunakan untuk jalan kebaikan dan kemaslahatan.
Sedekah
Sedekah secara harfiah memiliki arti benar, sehingga sedekah merupakan harta yang dibelanjakan di jalan Allah. Sedekah tidak hanya bersifat materiel seperti uang atau bahan pokok, melainkan dapat berbentuk imateriel seperti senyum.
Baca Juga:Kabupaten Garut Hadirkan Babancong Weekend MarketInvestor Kalangan Milenial Jabar Terus Meningkat
“Sedekah juga mencakup hal-hal yang bersifat non materiel, seperti dalam hadits dikatakan tersenyum adalah sedekah. Di hadits lain dikatakan setiap kalimat tasbih adalah sedekah,” kata Arifin.
Dengan begitu, sedekah tidak memiliki batasan bentuk dan dapat diberikan secara imateriel. Baik infak maupun sedekah menjadi sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan.
“Bersedekah bisa setiap saat, kapanpun dan dimanapun. Tapi kita bisa memanfaatkan juga sejumlah momen, seperti bersedekah saat Ramadan, di mana frekuensi sedekah saat Ramadan kita tingkatkan. Tapi intinya, bisa kapan saja. Insya Allah akan Allah balas dengan balasan berlipat ganda,” pungkasnya. (pkl1/adit)
Sumber: cnnindonesia.com