sumedangekspres – Telah terjadi peristiwa di Kabupaten Nganjuk, Jawa Tengah seorang 2 pemuda aniaya 10 orang dengan menggunakan sabit.
Karena pekalu pemuda yang aniaya 10 orang tersebut sebelumnya pernah ditangkap berbulan bulan, jadi kasus pembacokan ini sempat menjadi misteri.
Pekalu diketahui tidak saling kenal dan memilih korban secara acak.
Kesimpulan pemuda yang aniaya 10 orang tersangka untuk melampiaskan kekesalanya terhadap masalah yang sedang ia hadapi.
Baca Juga:Resep Bumbu Sate Kambing Sebelum Dibakar, Marinasi Sampai MeresapBatas, Dasar Perencanaan Desa
TR (21) warga Desa Balongasem, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk dan IP (25) pemilik warung warga Desa Ngringin, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk adalah kasus yang terlibat dari pembacokan tersebut.
IP masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), sementara TR sudah diamankan oleh polisi.
Sedangkan kasus bermula saat IP bermasalah dengan keluarganya.
IP yang merasa kesal kemudian mengajak TR untuk melampiaskan perasannya itu dengan membacok orang tak dikenal.
Keduanya beraksi berulang kali hingga jumlah korban mencapai 10 orang di lokasi berbeda-beda.
Seperti di Desa Babadan, Kecamatan Lengkong, 13 November 2021 lalu.
Untuk identitas korban beragam, bahkan ada yang masih di bawah umur.
Identitas mereka Farid Nurrahim (15), pelajar asal Desa Pinggir, Kecamatan Lengkong dan M Zaki Saputra (16) warga Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang.
Pilih korban secara acak
Kasatreskrim Polres Nganjuk, AKP I Gusti Agung Ananta Pratama menjelaskan, selama beberapa bulan beraksi, kedua pelaku memilih korban secara acak.
Pelaku menyerang siapa saja yang ditemuinya.
Baca Juga:HMI Jatinangor, Fokus PengkaderanTerus Berinisiasi & Berkontribusi Untuk Rakyat, PKB Sumedang: Politik Untuk Kesejahteraan Masyarakat
“Baik anak-anak ataupun orang dewasa yang ditemui pelaku ketika di jalan yang sedang marah langsung saja dipepet saat berkendara dan dibacok dengan sabit,” kata Gusti.
Gusti melanjutkan, pelaku memiliki peran berbeda, IP sebagai eksekutor dan TR sebagai pembonceng.
Pelaku langsung kabur meninggalkan korban yang terluka setelah dianiaya
Polisi sempat kesulitan ungkap kasus
Gusti mengakui, pihaknya sempat menemui kesulitan saat mengungkap kasus.
Pelaku tak kunjung ditangkap meskipun para korban sudah membuat laporan di Polsek terdekat.
Ditambah lagi barang bukti yang minim juga menyulitkan polisi.
“Pelaku cukup sulit dilacak, karena setiap melakukan penganiayaan di malam hari langsung kabur,” urai Gusti.