sumedang, CONGGEANG – Aktifitas kendaraan besar pembawa material pembangunan Tol Cisumdawu dikeluhkan warga. Pasalnya, kendaraan-kendaraan tersebut sering membuat macet dan membuat jalan yang dilintasi rusak.
“Kendaraan-kendaraan pembawa material pembangunan Tol Cisumdawu berupa truk dan tronton selalu beriringan. Cukup membuat macet karena sangat sulit untuk disalip,” ujar seorang pengendara motor Risda kepada Sumeks, Rabu (27/7).
Dikatakan, apabila memaksakan menyalip dikhawatirkan akan menimbulkan kecelakaan. Dan, sangat sulit untuk mendapatkan ruang setelah menyalip. Pasalnya, truk beriringan dengan jarak yang sangat dekat.
Baca Juga:Konektivitas Jaringan Telkomsel Kurang MaksimalNaik Truk, Anak Punk Harus Tewas
“Padahal, seharusnya diberi jarak, jangan terlalu rapat. Apalagi medan yang dilalui berupa turunan dan tanjakan, dikhawatirkan truk mengalami rem blong,” terangnya.
Dia pun berharap agar truk pembawa material pembangunan tol Cisumdawu memberi jarak dan tidak beriringan. Sehingga, mobil atau kendaraan lain mendapatkan ruang untuk menyalip, karena kemungkinan pengendara lainnya mempunyai kepentingan yang cukup urgen.
“Diharapkan para pengendara truk tersebut mengerti dan menghargai pengendara lainnya,” ujarnya.
Dia juga menerangkan, kendaraan-kendaraan truk tersebut banyak yang mengalami mogok atau mengalami kecelakaan. Sehingga, menimbulkan jalan macet panjang.
“Terkadang, truk tak kuat menanjak, dan mundur lagi di tanjakan atau mogok. Hingga, mengganggu pengendara lainnya,” jelasnya.
Pantauan Sumeks, selain menimbulkan sering terjadinya kemacetan, truk-truk pengangkut material Tol Cisumdawu sering membuat jalan licin. Sebab, tanah yang berjatuhan ke jalan aspal tak hanya membuat jalan kotor, tetapi juga licin, apalagi saat disiram air.
“Seharusnya, jalan itu jangan disiram air, tetapi disemprot supaya bersih dan tidak ada lagi tanah. Karena, kalau disiram air malah membuat jalan licin,” ujar seorang warga lainnya Wawan.
Baca Juga:Wisata Gunung Kacapi Tunggu SK BupatiSMK Informatika Sumedang Siap Terapkan Kurikulum Merdeka
Wawan mengatakan tidak hanya sampai disitu, saat panas atau tidak ada hujan, kendaraan-kendaraan besar juga menimbulkan debu. Cukup mengganggu bagi pengendara lainnya.
“Tak jarang kami harus menutup muka saat berkendara, apalagi bagi warga setempat yang jarang menggunakan helm. Pakai helm saja, debu bisa masuk, apalagi tidak pakai helm,” paparnya.