sumedang, CISARUA – Tradisi syukuran hajat lembur dan bubur suro sampai saat ini masih dilestarikan sebagian masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
Tanpa terkecuali warga Dusun Cibalamoha Desa Cisarua Kecamatan Cisarua.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menyebutkan, tradisi ini merupakan bagian dari pondasi dalam upaya membangun Sumedang dalam mewujudkan Visi dan Misi Sumedang Simpati.
“Kita punya kewajiban melestarikan nilai-nilai budaya lama yang baik dan menggali nilai nilai budaya baru yang lebih baik,” tutur bupati
Baca Juga:Verifikasi Administrasi Partai Politik: Ganda Identik Sama Dengan TMSPemda Sumedang Desak Penggantian Jalan Akibat Proyek Tol Cisumdawu
Tradisi bubur suro, sebut bupati, sarat akan nilai-nilai luhur seperti kegotongroyongan, guyub dan saling menolong yang sangat relevan dengan nilai-nilai budaya Sunda.
Tak heran, jika bupati meminta warga Cibalamoha untuk
menjaga nilai-nilai tersebut sebagai modal utama pembangunan.
“Saya lihat warga disini guyub, gotong royong. Kalau masyarakat kompak, apa yang kita inginkan bisa terwujud. Pertahankan kekompakan supaya Cisarua bisa maju,” ujarnya.
Camat Cisarua Eneng Yulia mengatakan, Bubur Suro dibuat secara gotong royong dan swadaya oleh masyarakat, baik biaya maupun proses pembuatannya.
“Warga terus menjaga tradisi ini agar tidak hilang karena penuh makna dan mengandung filosofi yang baik, diantaranya mempererat silaturahmi, mendoakan alam dan seisinya, khususnya untuk keselamatan dan kesejahteraan warga,” katanya.
Bubur Suro, kata Eneng, sudah menjadi tradisi masyarakat setempat setiap kali memasuki perayaan tahun baru Islam dan hasilnya dibagikan kembali kepada masyarakat.
“Masyarakat bergotong-royong membuat Bubur Suro lalu di doakan dan dimakan bersama. Ini dilakukan untuk melestarikan warisan leluhur sekaligus wujud syukur kepada yang maha kuasa,” tuturnya.
Baca Juga:HUT RI ke 77 Polres Sumedang Gelar Olahraga Bersama dan BaksosKamonesan Warga Dalam Pawai Karnaval
Diketahui, proses pembuatan Bubur Suro sendiri memakan waktu berjam-jam dari pagi hari dengan cara gotong royong oleh warga, terutama ibu-ibu. Bahan baku yang dimasak adalah beras, kacang tanah dan santan yang direbus dan diaduk secara terus-menerus hingga tercampur rata. (red)