sumedang, KOTA – Musim penghujan merupakan musim yang sangat melekat dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit yang penularannya melalui nyamuk Aedes Aegypti.
Tercatat pada bulan Januari hingga September tahun 2022 ada 1648 kasus DBD di Sumedang dengan 14 orang diantaranya meninggal dunia.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sumedang dr Reni K Anton, Selasa (11/10).
Baca Juga:Coca Cola Menerima Penghargaan Renewable Energy Award, Dalam Upaya Mendukung Pengadaan Energi TerbarukanTol Cisumdawu Jadi Sorotan Kejati Jabar
“Terlambatnya pengobatan menjadi penyebab utama. Ketika pasien datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan syok. Sehingga terlambat untuk mengantisipasinya,” jelas Reni.
Reni mengungkapkan, kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan awal harus menjadi perhatian lantaran banyak masyarakat yang abai dan menganggap demam biasa.
“Jika ada gejala awal harusnya langsung diperiksa, jangan sampai dinanti-nanti. Pengobatan awal lebih baik dari pada menunggu parah,” jelas Reni.
Penanggulangan DBD sendiri bisa diantisipasi dengan preventif, promotif dengan segala hal yang bisa dilakukan. Seperti salah satunya adalah menjaga sanitasi lingkungan, keberhasilan lingkungan atau pemberantasan jentik nyamuk di lingkungan.
“Sangat perlu peran penting dari masyarakat. Caranya yaitu dengan menghindari genangan air bersih di lingkungan. Kemudian, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) atau yang paling efektif adalah adanya Juru pemantau jentik (Jumantik) adalah orang yang melakukan pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik nyamuk,” ucap Reni.
Ditegaskan, peningkatan kasus DBD Sendiri disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyebaran penyakit DBD. (kga)