NYANTRI, NGAJI, NGABDI

NYANTRI, NGAJI, NGABDI
Helmi Fauzi Ridwan (Jurnalisme Santri Sumedang)
0 Komentar

sumedang, KOTA – Santri dapat diartikan orang-orang yang berpindah dari rumahnya dan menetap di sebuah lembaga atau yayasan pendidikan islam (pesantren) untuk belajar ilmu agama.

Tiga kata slogan yang saya goreskan mengandung sebuah makna yang luas dalam kehidupan. Bahkan menjadi pedoman bagi santri di salah satu pondok pesantren yang ada di kabupaten Sumedang.

Pesantren yang berdiri di sebuah pedesaan, dikelilingi dengan pesawahan dan perkebunan juga pegunungan, namanya Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah yang bertempat di Desa Sukamantri Tanjungkerta Sumedang.

Baca Juga:Asep Sutisna Jadi Pjs Ketua IKA SMKN 6 BandungWarga Harus Waspadai Cuaca Ekstrem

Berawal dari kata Nyantri. Disana seorang Santri diharuskan Nyantri oleh gurunya selama di pesantren, seorang santri tentu mempunyai kewajiban.

Kewajiban tersebut meliputi segala aspek yang bersangkutan antara seorang santri ketika berada di pesantren.

Terutama, datangnya ke sebuah pesantren tentu mempunyai tujuan utama yakni mencari ilmu. Sebab, sebagai ummat muslim kita mempunyai amanah sebuah perintah yang menjadi kewajiban sesuai hadits yang berbunyi:  Tholabul Ilmi faridhotun ‘alaa kulli muslimin wal muslimat (mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan)

Untuk mendapatkan ilmu, caranya tentu kita harus belajar dengan sungguh-sungguh bahkan menghabiskan waktu yang cukup lama.

KH Mohamad Aliyudin, sesepuh pondok pesantren Al-Hikamussalafiyyah beliau berkata ‘mencari ilmu itu bagaikan menggali sumur’. Artinya seorang santri harus terus menggali, tekun dalam belajar dengan waktu yang cukup lama hingga mendapatkan cahaya dari ilmu itu sendiri.

Kata ‘Nyantri’ mempunyai keterkaitan dengan ‘Ngaji’. Di pesantren kita bukan hanya belajar dan di didik tentang ilmu agama saja. Namun, semua ilmu yang ada di alam semesta kita belajar juga untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya kelak, ketika kita setelah keluar di pesantren.

Sebab, tidak semua santri akan menjadi kiyai, akan mempunyai pesantren dan santri setelah keluar di pesantren.

Baca Juga:Jatimulya Fokus Pada Ketahanan PanganAtlet PBSI Sumedang Harus Berikan Usaha Terbaik

Di pesantren kita berkumpul dengan teman-teman yang ada di berbagai daerah, berbagai perbedaan kebiasaan,berbagai sifat, berbagai kondisi keadaan orangtua dll.

Hanya di pesantren kita akan merasa sama rata, tidak mengenal dia anak orang kaya,bdia anak pejabat, dia anak aparat dan lain-lain. Di pesantren kita sama rata, sama-sama seorang pejuang untuk mencari ilmu, sama-sama sarungan. Hingga tidak ada perbedaan sosial.

0 Komentar