Sekilas Sejarah Pohon Hanjuang Sumedang

Sekilas Sejarah Pohon Hanjuang Sumedang
Sekilas Sejarah Pohon Hanjuang Sumedang/istimewa.net
0 Komentar

sumedangekspres – Sekilas Sejarah Pohon Hanjuang Sumedang Situs Pohon Hanjuang adalah salah satu tempat bersejarah di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Di Kabupaten Sumedang sendiri atau tepatnya di Dusun Pangjeleran, Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara, ada sebuah situs bernama situs pohon hanjuang yang usiaya telah mencapai ratusan tahun.

Secara tradisi, pohon ini suka dipakai sebagai simbol pembatas lahan perkebunan atau pesawahan. Selain itu, oleh sebagian orang dipercaya sebagai sawen tulak bala atau cara tradisional untuk menolak berbagai gangguan kekuatan gaib dan wabah penyakit.

Baca Juga:Transportasi Umum Yang Lewat SumedangLetak Geografis Kabupaten Sumedang

Namun di balik pohon Hanjuang Tersebut Mengandung Sejarah yang besar Sumedang ratusan tahun silam berikut

Persoalan Putri Harisbaya dengan Pangeran Geusan Ulun menjadi sebuah perselisihan antara Cirebon dan Sumedang Larang.

Namun pasukan Cirebon tak berhasil mencapai sasarannya karena dihadang pasukan Sumedang Larang yang berada di bawah pimpinan Senapati Eyang Jaya Perkasa.

Konon sebelum Eyang Jaya Perkosa pergi menghadang pasukan Cirebon, beliau menanam pohon Hanjuang di Kutamaya dan meninggalkan amanat sebagai Berikut :

“Jika Pohon hanjuang ini masih segar, menandakan aku masih hidup dan jangan tinggalkan Kutamaya,” begitu amanat Eyang Jaya Perkosa.

pada saat pertempuran, Eyang Jaya Perkosa terpisah dari ketiga saudaranya yang turut dalam pertempuran itu.

Salah satu dari saudaranya yang bernama Nangganan, menduga bahwa Eyang Jaya Perkasa telah gugur dalam pertempuran tersebut, sehingga mereka memutuskan kembali ke Kutamaya untuk menyarankan Pangeran Geusan Ulun agar memindahkan pusat Pemerintahan Sumedang Larang dari Kutamaya ke Dayeuh Luhur sebagai basis pertahanan yang sangat strategis.

Baca Juga:Penginapan Yang Ada Di Sumedang, Murah Tempat NyamanMakanan Khas Di Sumedang, Selain Tahu

Penyerahan daerah Sindangkasih (Majalengka) sebagai pembayaran talak kepada raja Cirebon serta perkawinan putri Harisbaya dengan Pangeran Geusan Ulun telah mendamaikan perselisihan antara Cirebon dan Sumedang Larang.

Senapati Eyang Jaya Perkosa yang kembali dari medan perang menemukan Kutamaya telah di tinggalkan. Tentu saja beliau sangat menyesalkan tindakan Pangeran Geusan Ulun dan sesampainya di Dayeuh Luhur beliau membunuh Nangganan, saudaranya atas kesalahannya itu.

Konon kekecewaan Eyang Jaya Pekosa yang sebenarnya adalah harapan untuk mengembalikan kebesaran dan kejayaan Kerajaan Pakuan Padjajaran melalui kerajaan Sumedang Larang telah gagal.

0 Komentar