sumedangekspres -Mitos Buaya Putih Dan Keuyeup Bodas Waduk Jatigede banyak mitos yang beredar di masyarakat secara turun temurun di kawasan bakal genangan Waduk Jatigede diantara nya mitos Pertarungan antara Keuyeup Bodas melawan Buaya Putih di Waduk Jatigede.
Gempa Bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur menjadi pembicaraan hangat di media sosial dan media massa. Bahkan bencana gempa bumi ini tak lepas dari aktivitas tektonik (retakan tanah) dan aktivitas fulkanik (gunung merapi) yang diakibatkan dari sesar (patahan di dalam tanah).
Berbicara sesar, di Jawa Barat ada dua sesar yang masih aktif dan potensinya bisa membuat gempa bumi yang cukup besar.
Baca Juga:Wisata alam Curug Gorobog Yang Tersembunyi Di SumedangMata Air Yang Terkenal Di Sumedang
Pertama Sesar Lembang, sesar ini dimulai Lembang Kabupaten Bandung Barat sampai Jatinangor atau sepanjang 29 KM. Kedua sesar baribis.
Menurut penelusuran wikipedia bahasa indonesia, Sesar Baribis adalah Sesar aktif yang membentang dari timur hingga barat pulau Jawa. Sesar Baribis merupakan sesar terpanjang di Pulau Jawa.
Legenda Keuyeup Bodas ini ternyata berkaitan dengan gempa bumi di wilayah Sumedang.
Warga di sekitar Waduk Jatigede sejak dulu, jauh sebelum Waduk Jatigede diresmikan dan digenangi air, sudah mendengar legenda Keuyeup Bodas dan Buaya Putih tersebut.
Mitos ramalan uga buaya putih dan keuyeup bodas Waduk Jatigede ada beberapa sumber dan versi mengisahkan mitos pertarungan antara Keuyeup Bodas melawan Buaya Putih.
Entah sejak jaman apa, sungai Cimanuk dihuni oleh Keuyeup Bodas dan Buaya Putih , makhluk –makhluk raksasa penjelmaan jin. Kedua makhluk raksasa itu masing-masing memiliki pengikut yang banyak, hidup bersama di sungai Cimanuk tetapi tidak pernah akur.
Karena Buaya Putih memiliki sifat tamak, ingin menang sendiri sehingga ingin menguasai sepanjang aliran sungai dari hulu sampai muara sungai pantai utara Indramayu.
Baca Juga:Aliran Sungai Cimanuk Yang Melintas Di SumedangKesenian Khas Sumedang Songah Citengah
Dengan kecongkakanya, Buaya Putih memproklamirkan diri sebagai penguasa sungai, kemudian berseru kepada seluruh pengikutnya agar membuat danau raksasa dengan membendung Sungan Cimanuk.
Di danau ini, Buaya Putih akan menghabiskan hari-hari berbulan madu bersama putri dari Ratu Penguasa Pantai Utara. Seluruh pengikutnya, mulai dari komunitas kura-kura, biawak, ikan melaksanakan perintah Sang Penguasa sungai itu.