sumedangekspres – Keanekaragaman hayati adalah berbagai jenis kehidupan yang akan Anda temukan di satu area. Keanekaragaman hayati ini meliputi keanekaragaman hewan, tumbuhan, jamur, dan bahkan mikroorganisme seperti bakteri yang membentuk alami kita.
Keanekaragaman hayati menunjukkan peran dan fungsi dari seluruh komponen. Masing-masing spesies dan organisme ini bekerja sama dalam ekosistem, untuk menjaga keseimbangan dan mendukung kehidupan.
Keanekaragaman hayati mendukung segala sesuatu di alam yang kita butuhkan untuk bertahan hidup. Hal itu meliputi makanan, air bersih, obat-obatan, dan tempat berlindung.
Baca Juga:Konsumsi 5 Makanan di Bawah Ini Untuk Menjaga Kesehatan KulitIndonesia Kirim Bantuan Ke Turki dan Suriah Dalam Dua Tahap
Keanekaragaman hayati begitu penting bagi kelangsungan hidup umat manusia. Namun, baru-baru ini, data dari World Economic Forum (WEF) menunjukkan bahwa aktivitas manusia sejadinya telah menghancurkan keanekaragaman hayati. Proses penghancuran itu bahkan dinilai lebih cepat dari sebelumnya. Hampir 80% spesies di alam terancam oleh dampak kegiatan ekonomi.
Dalam upaya berkelanjutan untuk memperlambat perusakan alam, para delegasi yang menghadiri Konferensi Keanekaragaman Hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa 2022 di Montreal, Kanada, berfokus pada tujuan untuk mengendalikan penurunan cepat hewan, tumbuhan, dan serangga.
Konferensi lingkungan COP15 juga bekerjasama untuk mewujudkan kesepakatan global baru, dalam upaya melindungi keanekaragaman hayati.
“kemanusiaan telah menjadi senjata kepunahan massal.” ucap Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, dalam pidato pembukaannya yang tegas.
Guterres memberikan penekanan lebih lanjut kepada para hadirin, dengan menggambarkan konferensi tersebut sebagai kesempatan untuk menghentikan pesta penghancuran ini.
Kehancuran yang dirujuk Guterres meliputi seluruh bagian dunia, dan terjadi dalam skala masif. Menurut penilaian UN Global Land Outlook, lebih dari 1 juta spesies sekarang terancam punah. Sebanyak 40% dari permukaan tanah bumi pun dianggap telah terdegradasi.
Penelitian oleh Persatuan Internasional untuk konservasi alam menemukan fakta bahwa, aktivitas manusia untuk produksi pangan, infrastruktur, energi, dan pertambangan telah menyumbang dampak sebanyak 79% terhadap kepunahan spesies.
Baca Juga:Titanic Film Nostalgia, Simak Fakta Menarik di DalamnyaSimak Cara Memilih Moisturizer yang Tepat di Bawah ini
Hanya dengan mengubah sistem ini secara fundamental, kita dapat beralih dari aktivitas manusia yang merusak, ke ekonomi positif yang mendukung stabilitas alam. Laporan Ekonomi Alam II dari WEF menetapkan serangkaian transisi yang akan mengembalikan stabilitas alam.