sumedangekspres – Agresi relasional adalah jenis intimidasi berbahaya yang sering luput dari perhatian orang dewasa. Alih-alih menyebabkan kerusakan fisik, agresi relasional dimaksudkan untuk melukai hubungan pribadi atau kedudukan sosial seseorang.
Agresi relasional didefinisikan sebagai merek perilaku yang dengan sengaja merusak atau berpotensi merusak hubungan yang ada. Perilaku seperti menyebarkan kebohongan, gosip atau rahasia, mengabaikan atau mendiamkan, serta diam-diam mengeluarkan teman dari suatu aktivitas kelompok, sejadinya merupakan bentuk dari agresi relasional.
Agresi relasional seringkali dapat menggertak, mengontrol, dan memanipulasi orang lain. Beberapa anak sangat terampil dalam jenis intimidasi ini, sehingga tidak ada yang akan mencurigai intensi mereka sebagai upaya untuk menyakiti orang lain.
Baca Juga:Perilaku Bullying Terkait Dengan Intoleransi Sosial dan Harga Diri Yang RendahPenyebab Utama Terjadinya Perundungan di Sekolah, Kenali dan Pahami Implikasinya
Taktik yang digunakan dalam agresi relasional bervariasi dari satu orang ke orang lainnya. Namun, ada beberapa perilaku yang mengindikasikan bahwa seseorang telah mekakukan agresi relasional :
1. Menusuk dari belakang.
2. Cyberbullying atau mempermalukan orang lain secara online.
3. Menetapkan aturan bagi siapa saja yang ingin menjadi bagian dari kelompok sosial.
4. Mengucilkan orang lain.
5. Membentuk cliques cultures untuk mengintimidasi orang lain.
6. Meninggalkan pesan yang menyakitkan atau jahat di ponsel, media sosial, meja, dan loker.
7. Mengolok-olok orang lain dari cara mereka berpakaian, atau penampilan mereka.
Salah satu alasan utama remaja untuk terlibat dalam agresi relasional, adalah untuk membangun dan mempertahankan status sosial mereka. Mereka mungkin menggunakan intimidasi emosional untuk mengisolasi korban, sehingga mereka dapat meningkatkan status sosial mereka sendiri.
Berbagai faktor lain dapat memotivasi perilaku ini, termasuk rasa iri dan kebutuhan akan perhatian, hingga rasa takut akan persaingan.
Tidak jarang orang tua dan pendidik meremehkan dampak dari agresi relasional. Tetapi bagi mereka yang berada di pihak korban, itu sama menyakitkannya dengan jenis intimidasi lainnya. Faktanya, banyak anak melaporkan bahwa intimidasi relasional sama menyakitkannya dengan agresi fisik.
Namun tidak seperti kekerasan fisik, agresi relasional tidak meninggalkan luka dan bekas luka, sehingga lebih berbahaya. Dalam beberapa kasus, korban intimidasi emosional menunjukkan lebih banyak tanda-tanda kesusahan daripada mereka yang diintimidasi secara fisik.