Sejarah Tari Umbul Sumedang

Sejarah Tari Umbul Sumedang
0 Komentar

sumedangekspres- Kabupaten Sumedang memiliki kesenian yang beragam, salah satunya terdapat tarian khas daerah yaitu Tari Umbul. Tarian ini menjadi tarian yang cukup dikenal karena dipentaskan dalam pembukaan atau opening wisata Jatigede beberapa tahun lalu. Saat itu tercatat sebanyak 5.555 orang mengikuti pagelaran tari umbul kolosal dengan tema “Dari Masyarakat Sumedang untuk Dunia” di Satker Waduk Jatigede.

Namun, kalian sudah tau belum sejarah dari tarian ini. Untuk mengetahuinya simak yuk cerita lengkapnya berikut!

Tari umbul merupakan kesenian tradisional Sumedang yang terbilang masih lestari sampai sekarang. Tari umbul mulai masuk pertama kali ke Sumedang sekitar tahun 1940-an di Dusun Parugpug , Desa Cijambe, Kecamatan Paseh. Menurut budayawan Sumedang yang bernama Tatang Soebana, tari umbul pertama kali dibawa oleh seniman bernama Kalsip yang berasal dari kota Indramayu kemudian dikembangkan oleh penari di kecamatan Paseh yang bernama bu Misren atau yang sering disebut Ma Jaer.

Baca Juga:Balong Geulis, Wisata yang Cocok Dikunjungi Bersama KeluargaSitu Lembang Rancakalong, Wisata Tersembunyi di Sumedang

Tari umbul lahir sebagai bentuk ketidaksenangan masyarakat terhadap penjajahan belanda sehingga ekspresi tersebut disalurkan dalam bentuk tarian. Awalnya tari umbul disajikan pada pertunjukan longser, sehingga ada unsur lagu, gerak tari, dan lawak didalamnya. Ciri Khas dari Tari umbul adalah pakaian pada penarinya dan gerakan pinggulnya yang sedikit mengandung unsur erotis, sehingga beberapa orang sempat menentangnya, namun setelah mengurangi unsur erotisnya tari umbul kembali muncul dan berkembang. Selain itu, alat musik pengiringnya pun terbilang khusus yaitu berupa kendang, terompet, ketuk, goong dan kecrek, ditambah dengan alunan vokal seorang juru sinden. Tari umbul sendiri merupakan kesenian tradisional milik kabupaten sumedang yang tenar pada masanya.

Itu tadi sekilas sejarah Tari Umbul yang berasal dari Sumedang, yang pastinya harus kita lestraikan.

0 Komentar