sumedangekspres – Sejarah Pencipta Nada Sunda Asal Sumedang, Raden Machjar Angga Koesoemadinata sering ditulis Kusumadinata, Kusumahdinata, kusumah dinata, Anggakusumadinata Lahir 7 Desember 1902 Sumedang, lebih dikenal dengan Pak Machjar atau Pak Mahyar adalah seorang seniman dan musikolog Sunda asal sumedang.
Ia dikenal sebagai pengarang lagu-lagu Sunda Pencipta Nada Da MI Na Ti La , pendidik yang mengkhususkan diri dalam memajukan pendidikan seni-suara Sunda, peneliti serta ahli teori musik Sunda, pecipta sistem notasi nada Sunda da mi na ti la dan penemu sistem 17 tangga nada Sunda.
Sebagai seniman pengarang lagu, Pak Machjar menciptakan lagu-lagu Sunda tradisional seperti Lemah Cai, Dewi Sartika, Sinom Puspasari, maupun penggubah lagu-lagu Sunda traditional dan menuliskannya dalam notasi da mi na ti la.
Baca Juga:Sejarah Kabupaten TangerangKisah Waduk Jatigede Sumedang Penuh Dengan Sejarahnya
Sebagai seniman ia juga seorang penulis sandiwara dan memelopori Gending Karesmen (opera Sunda) yang disebutnya sebagai Rinenggasari dengan karya nya antara lain Sarkam Sarkim (1926), Permana Permana Sari (1930), Sekar Mayang (1935), Tresnawati (1959) dan Iblis Mindo Wahyu (1968).
Sebagai ahli teori musik, khususnya dalam bidang Pelog dan Salendro, ia memformulasikan sistem notasi da mi na ti la untuk lagu-lagu Sunda, meneliti dan menulis teori mengenai seni raras dan gamelan di antaranya Ringkesan Pangawikan Rinengga Swara (1950), Ilmu Seni Raras (1969) dan juga buku lagu-lagu Sunda.
Bersama Mr. Jaap Kunst, ia juga banyak banyak menghasilkan tulisan (publikasi) mengenai teori musik gamelan.
Di antara hasil penelitian dan penciptaan dari Pak Machyar adalah gamelan eksperimental dengan 9-tangga nada (1937) untuk pelog dan gamelan 10-tangga nada untuk salendro (1938), di mana keduanya hilang pada zaman pendudukan Jepang (1942-45).
Selain penciptaan gamelan monumental Ki Pembayun (1969), ia juga membuat gitar akustik 17 tangga nada.
Sumbangan terbesarnya terletak pada hasil penelitian yang benar-benar bersifat ilmiah yang menuju ke universalitas (unified theory) dari seni suara adalah teori 17 tangga nada Sunda (1950) di mana satu oktaf terdiri dari 17 interval yang sama dari 70 10/17 cents, di mana nada dari setiap laras (tangga nada) Sunda dapat diambil.