sumedangekspres – Tradisi Ajaran Sunda Wiwitan dalam ajaran Sunda Wiwitan penyampaian doa dilakukan melalui nyanyian pantun dan kidung serta gerak tarian.
Tradisi ini dapat dilihat dari upacara syukuran panen padi dan perayaan pergantian tahun yang berdasarkan pada penanggalan Sunda yang dikenal dengan nama Perayaan Seren Taun.
Di berbagai tempat di Jawa Barat, Seren Taun selalu berlangsung meriah dan dihadiri oleh ribuan orang.
Baca Juga:Sejarah Ajaran Sunda Wiwitan Kepercayaan Sunda PertamaPeninggalan Pusaka Dan Gedung Kerajaan Sumedang Larang
Perayaan Seren Taun dapat ditemukan di beberapa desa seperti di Sindang Barang, Kabupaten Bogor; Kanekes, Lebak, Banten; Ciptagelar, Kasepuhan Banten Kidul, Cisolok, Kabupaten Sukabumi; Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya; dan Cigugur, Kabupaten Kuningan.
Di Cigugur, Kabupaten Kuningan sendiri, merupakan salah satu daerah yang masih memegang teguh budaya Sunda, mereka yang ikut merayakan Seren Taun ini datang dari berbagai penjuru negeri.
Meskipun sudah terjadi inkulturasi dan banyak orang Sunda yang memeluk agama-agama di luar Sunda Wiwitan, paham dan adat yang telah diajarkan oleh agama ini masih tetap dijadikan penuntun di dalam kehidupan orang-orang Sunda.
Secara budaya, orang Sunda belum meninggalkan agama Sunda ini.
Tradisi Ajaran Sunda Wiwitan Tempat suci atau tempat pemujaan yang dianggap sakral atau keramat dalam Agama Sunda Wiwitan adalah Pamunjungan atau disebut Kabuyutan. Pamunjungan merupakan punden berundak yang biasanya terdapat di bukit dan di Pamunjungan ini biasanya terdapat Menhir, Arca, Batu Cengkuk, Batu Mangkuk, Batu Pipih dan lain-lain.
Pamunjungan atau Kabuyutan banyak sekali di Tatar Sunda seperti Balay Pamujan Genter Bumi, Situs Cengkuk, Gunung Padang, Kabuyutan Galunggung, Situs Kawali, dan lain-lain.
Di Kota Bogor sendiri sebagi pusat Nagara Sunda dan Pakuan Pajajaran dahulu terdapat Banyak Pamunjungan beberapa diantaranya adalah Pamunjungan Rancamaya nama dahulunya adalah Pamunjungan Sanghyang Padungkukan yang disebut Bukit Badigul namun sayang saat ini Pamunjungan tersebut sudah tidak ada lagi karena digantikan oleh lapangan golf.
Pada masanya Pamunjungan yang paling besar dan mewah adalah Pamunjungan Kihara Hyang yang berlokasi di Leuweung Songgom, atau Balay Pamunjungan Mandala Parakan Jati yang saat ini lokasinya digunakan sebagai Kampung Budaya Sindang Barang.