sumedangekspres – Sekilas Kisah Nabi Yussuf Di Angkat Petinggi Mesir, Al-Qur’an menjelaskan bahwa suatu hari Raja Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus, juga ada tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum yang kering.
Raja berusaha mencari makna mimpi tersebut, tapi para ahli hanya menyebut mimpi Raja sebagai mimpi kosong dan tidak dapat menakwilkan mimpi itu.
Juru minuman istana kemudian teringat dengan Yusuf dan pergi ke penjara untuk menanyakan makna mimpi tersebut.
Baca Juga:Arti Makna Dan Nama-Nama Wali SongoKisah Nabi Daud As Dalam Islam
Yusuf menjawab bahwa agar mereka bercocok tanam seperti biasa selama tujuh tahun, sedangkan hasil panen yang telah dituai agar dibiarkan di tangkainya, kecuali sebagian kecil yang akan digunakan untuk makan.
Yusuf melanjutkan bahwa setelahnya akan datang masa sulit selama tujuh tahun yang akan menghabiskan persediaan makanan. Setelah masa sulit itu berlalu, akan datang hujan dan manusia akan memeras anggur.
Mendengar jawaban tersebut, Raja mengutus orang agar Yusuf dihadirkan di hadapannya. Namun Yusuf, melalui utusan tersebut, meminta agar Raja terlebih dahulu menanyakan para perempuan mengenai masalah Yusuf.
Saat Raja menanyai mereka, para perempuan itu menjawab, “Mahasempurna Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukan darinya.”
Zulaikha membenarkan mereka, “Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggoda dan merayunya dan sesungguhnya dia termasuk orang yang benar.”
Al-Qur’an selanjutnya menyebutkan, “Yang demikian itu agar dia (Potifar Al-‘Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada, dan bahwa Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.”
Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa itu perkataan Yusuf. Maknanya adalah bahwa Yusuf bukanlah seorang pengkhianat seperti yang dituduhkan. Sebagian menyatakan bahwa itu adalah ucapan Zulaikha.
Baca Juga:Legenda Sunda Penunggu BulanLegenda Siluman Ular Putih
Maksudnya adalah bahwa Zulaikha mengaku agar suaminya tahu bahwa dia hanya merayu Yusuf, tidak sampai berkhianat dan berbuat nista.
Al-Qur’an tidak menjelaskan mengenai identitas penguasa Mesir saat itu dan hanya menyebutnya malik atau raja. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa nama dan silsilah raja tersebut adalah Ar-Rayyan bin Al-Walid bin Tsarwan yang merupakan keturunan Sem bin Nuh.