sumedangekspres – Kesenian Cikeruhan Khas Sumedang, tari Cikeruhan merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Tanah Sunda tepatnya di Desa Cikeruh, Jatinangor, Sumedang.
Cikeruhan merupakan seni tari pergaulan yang umurnya sudah tua sekali swalnya lahir dari tradisi menanam padi sebagai wujud rasa syukur ke Dewi Sri Pohaci (Dewi Padi) pada abad ke-18.
Di waktu itu, orang-orang berjalan kaki mengangkat padi ke lumbung sambil menari serta menyuarakan peralatan bertaninya. Di waktu menari itu, satu orang pejabat Belanda yang bekerja di perkebunan menghentikan kegiatan mereka.
Baca Juga:HUT Sumedang Ekspres Ke -13, Diwarnai Santunan Anak Yatim dan Tausiyah AbuyaSistem Ekonomi Suku Badui
Bukan karena tidak menyukainya, tapi dia malah meminta izin untuk ikut menari.
Selanjutnya, pejabat Belanda yang bekerja di kompleks perkebunan karet dan teh di Jatiangor itu, sering mengundang pemusik dan penyanyi serta ronggeng untuk menampilkan Cikeruhan di komplek perkebunan teh dan karet di Jatinangor.
Selain itu, ada juga pendapat bahwa Cikeruhan berasal dari nama lagu pakidulan Bandung, yaitu Cikeruhan.
Cikeruhan berupa tari yang susunannya tersusun dari gerakan pencak silat, diiringi oleh ketuk tilu yang dibawakan dengan keindahan koreografi dan ekspresi dari penari lelaki dan wanita.
Cikeruhan menggambarkan rekaman zaman dahulu dari jawara yang kebiasaannya bersenang-senang dan pamer kekuatan dalam acara kesenian setelah panen.
Oleh karena itu, tidak aneh kalau Cikeruhan begitu kental dengan unsur pencak silatnya.
Tari Cikeruhan yang bersumber dari Ketuk Tilu, yang menceritakan sebuah ekspresi dari sifat kegembiraan, kehangatan, keerotisan, dan rasa humoris dari seorang Ronggeng dan Pamogoran, telah menjadi daya tarik untuk meningkatkan kualitas kepenarian penyaji, sebagai pengalaman baru.
Baca Juga:Asal Usul Dan Sejarah Suku BaduiSD Arrafi BHS Sumedang Gelar Assembly 2023
Tarian ini merupakan tari pergaulan atau sebagai seni profane yang bergenre tari rakyat.
Untuk mewujudkan konsep garap tersebut penyaji menerapkan pengolahan geraknya melalui berbagai unsur, terutama berimajinasi tentang pencitraan dari seorang ronggeng itu sendiri, yang memiliki kepiawaian/mempunyai keahlian menari, dicoba diterapkan dalam diri penyaji sebagai ronggeng yang memiliki daya tarik untuk memikat penari Pamogoran.