Sekilas Sejarah Pesantren Tertua Di Sumedang

Sekilas Sejarah Pesantren Tertua Di Sumedang
Sekilas Sejarah Pesantren Tertua Di Sumedang/Asyrofuddin Cipicung (foto: facebook)
0 Komentar

sumedangekspres – Sejarah Pesantren Tertua Di Sumedang Seiring dengan masuknya Islam ke Kabupaten Sumedang, kehidupan sosial budaya pun mengalami perubahan. Pendidikan,kehidupan keagamaan, dan kesenian menjadi memiliki warna Islamnya.

Meskipun demikian, sebagian kebudayaan yang berkembang sebelumnya masih tetap hidup di tengah-tengah masyarakat Sumedang.

Unsur-unsur sinkretisme masih nampak jelas dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Sumedang, terutama dalam kehidupan keagamaan dan
kesenian.

Baca Juga:Cara Menghilangkan Komedo Dengan Pasta GigiGunung Kerenceng Lebih Tinggi Dari Gunung Tampomas Sumedang

Dengan diterimanya Islam oleh masyarakat Sumedang sebagai agama baru, masyarakat Sumedang mengenal lembaga pendidikan baru yaitu pesantren.
Istilah pesantren berasal dari kata santri yang diberi awal pe- dan akhiran -an ‘pesantrian’ yang berarti tempat tinggal para santri.

Dalam perkembangannya, istilah pesantrian mengalami perubahan bunyi menjadi pesantren yang kemudian menjadi istilah baku dalam bahasa
Indonesia.

Pesantren biasanya memiliki lima elemen pokok, yaitu: masjid, pondok, kitab-kitab Islam klasik, kyai, dan santri.

Pesantren dapat berkembang di Sumedang karena mendapat dukungan penuh dari para bupati dengan cara mewakafkan tanahnya, memasukkan anaknya
ke pesantren, melindungi pesantren, dan lain-lain.

Pangeran Kusumadinata IX atau Pangeran Kornel, Bupati Sumedang (1791-1828) mewakafkan tanahnya di daerah Condong, Cibeureum, Tasikmalaya kepada Kyai Nawawi. Di atas tanah wakaf itu, sekitar abad ke-18 berdirilah Pesantren Riyadul Ulum Waddakwah atau lebih dikenal dengan nama Pesantren Condong.

Pesantren tua lainnya yang ada di Sumedang adalah Pesantren Asyrofudin yang terletak di Desa Cipicung, Kecamatan Conggeang. Pesantren ini didirikan
tahun 1846 oleh Hadratusyekh K. R. Asyrofuddin yang masih keturunan Pangeran Syamsuddin I dari Keraton Kasepuhan Cirebon.

Sejarah Pesantren Sumedang Pesantren ini didirikan bukan sebagai bagian dari proses penyebaran agama Islam, melainkan sebagai reaksi terhadap politik kolonial Belanda
di Cirebon sekitar abad ke-18. Dikisahkan dalam sebuah sumber, ketika Sultan Sepuh usianya telah uzur, ia memanggil Asyrofuddin untuk diserahi jabatan sebagai sultan menggantikan dirinya.

Baca Juga:Makanan Khas Sumedang Selain TahuMandalaherang Prioritaskan Intensif Tenaga Lapangan

Dalam pertemuan itu, Asyrofuddin bersedia memangku jabatan sebagai sultan dengan syarat orang Belanda tidak boleh mencampuri urusan pemerintahan di daerah Cirebon.

0 Komentar