Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan berujung memperoleh ridha-Nya.
Setelah itu, aspek inovatif ke arah lebih baik, seraya mempertanggungjawabkan dengan prinsip transparan, menjadikan amal kita bisa berbilang, disenangi umat, dan diridhai-Nya
Dzun Nun al-Mishriy, seorang sufi kenamaan rahimahullah berkata: “Ada tiga tanda untuk melihat sebuahkeikhlasan:
(1) Seimbangnya pujian dan celaan orang-orang terhadapnya,
(2) Lupa melihat amal dalam beramal,
(3) Dan mengharapkan pahala dan Ridha Allah di akhirat.”
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Khutbah Jum’at
Baca Juga:Review Spesifikasi Toyota Corolla AltisReview Spesifikasi Toyota VellFire
Ikhlas bagi amal ibarat pondasi bagi sebuah bangunan dan ibarat ruh bagi sebuah jasad, di mana sebuah bangunan tidak akan dapat berdiri kokoh tanpa pondasi, demikian juga jasad tidak akan dapat hidup tanpa ruh. Oleh karena itu, amal shalih yang kosong dari keikhlasan akan menjadikannya mati, tidak bernilai serta tidak membuahkan apa-apa, atau dengan kata lain “wujuuduhu ka’adamihi” (keberadaannya sama seperti ketidakadaannya). Ikhlas mengiringi integritas kita dalam keseharian.
Sebuah perubahan, perbaikan keadaan untuk membangun negeri ini sangat tergantung pada nilai keikhlasan yang dimiliki oleh anak negeri ini. Ikhlas juga merupakan syarat diterimanya amal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam hadis Qudsi:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang beramal menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syirknya.” (HR. Muslim).
Maka dengan menyandarkan segala sesuatu kepada Allah dengan sendirinya kita sudah meletakkan pondasi atau memberikan ruh pada amal kita itu sehingga amal tersebut punya nilai baik dalam pandangan Allah ataupun pandangan manusia.
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah